Mengukur Nilai Manusia
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Hidup itu hanya untuk menunaikan hak Allah dan hak seluruh makhluk-Nya. Hidup itu hanya untuk menjalankan peran sebagai Hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Hanya itu saja. Sesederhana itu. Persoalannya manusia terjebak dengan hiasan dan saling berbangga.
Manusia yang mulia adalah yang bertakwa. Yang mulia adalah yang mulia di sisi Allah bukan di sisi manusia. Namun hakikat kemuliaan sudah dijungkirbalikkan oleh persepsi manusia yang bodoh. Manusia berlomba membangun kemuliaan menurut persepsinya sendiri. Yang terjadi hanya kerusakan dan kehancuran.
Karakter dunia itu, apa yang dibanggakan akan hancur dan usang. Semakin dibanggakan semakin menyibukkan dan melelahkan. Ambisi tak terbendung. Saling berkonfrontasi untuk memenangkannya. Bila berhasil memenangkannya, hanya bersifat sementara dan berdarah-darah. Semuanya terus bergulir tak ada yang abadi.
Namrudz sudah pergi. Firaun sudah pergi. Yunani sudah pupus. Romawi dan Persia sudah tak ada lagi. Banyak kerajaan yang telah hilang dari peta dunia. Banyak negara yang sudah terhapus hilang. Britania raya, Spanyol, Portugis, Perancis dan Italia telah menjadi negara kecil padahal sebelumnya sebagai penjajah dengan wilayah kekuasaan yang luas.
Romawi dan Persia ditopang oleh wilayah kekuasaan yang luas, kekayaan yang melimpah, militer dengan jumlah prajurit yang besar dan modern. Terakhir Inggris raya sang penguasa lautan. Sebentar lagi menyusul Amerika akan hilang pula. Sehebat dan sekuat apa pun, hukum perputaran dan peralihan akan terus berlaku.
Mengapa manusia menggenggam sesuatu yang pasti hilang? Mengapa manusia mempertahankan sesuatu yang tidak bisa dipertahankan? Masa tua pasti datang. Kematian pasti datang. Era kelemahan dan kehancuran pasti datang, tak ada yang bisa menahan dan menundanya. Mengapa manusia berjibaku di wilayah ini?
Berjibakulah dalam menunaikan peran sebagai Hamba Allah dan khalifah di muka bumi ini. Berjibakulah menunaikan hak Allah dan seluruh makhluk-Nya. Eksistensi manusia diukur pada penunaian peran ini. Inilah nilai manusia yang sebenarnya.
0 komentar: