Ketundukan dan Kewaspadaan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Ada dua sifat yang sedang diperjuangkan agar menjadi karakter yang melekat hingga akhir hayat. Yaitu, ridha dan wara. Ridha itu puas dan selalu bahagia dengan segala takdir dan hukum-Nya, juga sunah Rasulullah saw. Ridha terhadap seluruh kaum muslimin, manusia dan makhluk-Nya.
Apa alasan untuk ridha? Apa dasar untuk ridha? Allah memiliki Asmaulhusna. Rahmat-Nya meliputi segala sesuatu. Ampunan-Nya mendahului azab-Nya. Tak ada yang sia-sia dalam kehidupan ini.
Bila tidak ridha, apakah manusia bisa memilih planet lain? Pindahan ke alam semesta yang lain? Memilih kehidupan yang lain? Apakah ada Tuhan selain Allah? Ada sumber kebaikan selain Allah?
Ridha hanya butuh ketundukkan hati. Membuang ego lebih tahu akan kebaikan. Membuang definisi tentang manfaat dan mudharat versi diri. Ketentraman itu ada pada ridha.
Ridha membuat langkah manusia selaras dengan Allah. Mengikuti kemana pun kehendak Allah. Bergandengan membersamai Allah. Seperti dua sejoli yang terus melangkah bersama dengan kemesraan dan kerinduan.
Wara buah atas kekhawatiran akan pertanggungjawaban di hadapan Allah. Menghitung diri sebelum dihitung di hadapan Allah. Bertanya kepada diri sebelum ditanyai Allah. Wara ada sebuah kewaspadaan.
Hasil riset dari kiprah para Sahabat dan Salafus Shaleh di berbagai kitab, semuanya memiliki karakter utama seperti ini. Yang tersulit adalah ridha karena harus menghancurkan ketuhanan diri. Yang tersulit adalah wara karena harus waspada atas kebutuhan yang mendasar dan esensial.
0 komentar: