Kelemahan Durjana itu pada Ajarannya
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Saat satu ucapan kebenaran diungkapkan, satu rezim kekuasaan akan gelisah. Kekuatannya pada kebenarannya; walaupun yang mengungkapkan kebenaran seorang yang terlemah di muka bumi. Kekuatan muslimin bukan pada sumber dayanya tetapi pada kebenaran ajarannya.
Satu kalimat yang benar yang bersumber dari aqidah, laksana granat yang jatuh di kamp dan barisan para durjana. Keyakinan terhadap diri dan kemampuan yang mereka miliki menjadi goyah. Untuk itulah mengapa para durjana membangun ekosistem oligarki.
Tukang sihir Firaun, dalam jumlah besar, berdiri berjejer menghadapi Nabi Musa dan Harun. Walaupun ditopang oleh kekuasaan, bala tentara, harta serta peralatan modern di masanya, hati para ahli sihir diliputi ketakutan. Mereka saling berbisik untuk melakukan agitasi dan motivasi sesamanya sendiri. Jiwa para durjana sebenarnya sangat lemah, oleh sebab itu mereka butuh sekutu oligarki.
Kelemahan para durjana bukan pada sumberdaya penopangnya, kekuasaan, kekayaan, jaringan, kemiliteran, ilmu dan teknologinya, tetapi pada ajaran yang diperjuangkannya. Yang diperjuangkannya akan menghancurkan dirinya sendiri. Sistem dan falsafah kehidupan yang dibangun akan menghancurkan dirinya sendiri.
Bila keburukan dianggap kebaikan. Bila kebaikan dianggap keburukan. Siapakah yang bisa memperbaikinya lagi? Adakah yang bisa membangun kembali? Bagaimana cara tercepat membalikkan keadaan? Allah mengazab kaum seperti ini.
Pembela dan penegak kebenaran tentram bersama ajarannya. Yakin dengan kebenarannya bukan dengan kekuatan yang menopangnya. Oleh sebab itu faktor kemenangan hanya bila terus memperjuangkan Islam bukan sibuk mengumpulkan kekuatan menopangnya.
0 komentar: