Efek Niat Bertani pada Jiwa Manusia
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Ada ulama Jawa Tengah yang hidup dan makan dari hasil buminya sendiri. Bertani dan berternak sendiri. Yang dikonsumsi tidak dari transaksi jual beli dari banyak tangan yang bisa jadi melibatkan banyak tangan yang "syubhat".
Pergerakan bahan makanan dan minuman dari produsen hingga ke konsumen melalui ragam karakter manusia. Setiap orang memiliki kualitas hati yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki obsesi yang dalam konsep jual beli. Inilah yang dikhawatirkan oleh ulama yang wara.
Banyak yang menanam dan berternak dengan orientasi kapitalis dan materialis. Bagaimana efek terhadap tanaman dan hewannya? Bagaimana efek bagi yang mengkonsumsinya? Bisa jadi mempengaruhi jiwa dan raga yang mengkonsumsinya. Bisa jadi inilah awal kerusakan karakter sebuah bangsa.
Fudhail bin Iyad lebih memilih berhenti menjadi pejabat negara lalu hidup dari berjerih payah dengan upah dari Sofyan Tsauri, walapun keduanya halal tetapi pengaruh ke jiwa, hati dan semangat beribadahnya berbeda. Bagaimana bila memakan hasil pertanian dan peternakan yang orientasi mengeksploitasi untuk keuntungan besar?
Air yang dibacakan doa sangat berbeda dengan ucapan mantra yang penuh kebencian. Airnya sama. Halal dan baiknya sama. Tetapi pengaruhnya berbeda. Yang dibacakan doa akan menyembuhkan dan menyehatkan. Yang dihembuskan mantra jahat akan menyakiti dan merusak jiwa serta raga.
Yang menanam dan berternak karena Allah. Berorientasi bersedekah dan memberikan makan maka saat dikonsumsi akan berkontribusi positif bagi jiwa, hati, akal dan raga. Yang berorientasi pada materialisme dan eksploitasi akan merusak jiwa manusia.
Banyak kisah sufi karena perbedaan tujuan dalam mengkonsumsi maka mempengaruhi cita rasa buah dan banyaknya hasil panen. Bagaimana bila sejak menanam dan berternaknya saja sudah rusak orientasinya? Dalam Al-Qur'an hancurnya pertanian dan perkebunan karena rusaknya orientasi bertani dan berkebun.
0 komentar: