Sakit Latihan Sakratul Maut
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Sakit itu latihan menghadapi sakratul maut. Apakah fokus ke sakit raga? Fokus pada yang bermunculan di hati dan pikiran? Fokus pada ketakutan yang akan ditinggalkan?
Sakratul maut itu sangat menyakitkan bila fokusnya pada pelepasan ruh dengan raga. Seperti tubuh dihujam oleh 1.000 pedang. Namun bila fokus pada yang akan ditemui, maka sakratul maut seperti rambut yang ditarik dari tumpukan tepung saja.
Saat sakit, cobalah untuk shalat. Masih berkeluh kesah dengan sakitnya raga? Atau tak terasa lagi sakitnya raga karena sedang bertemu dengan Allah? Allah memberikan ragam kemudahan shalat bagi yang sakit, agar fitrah sakitnya raga ditolelir sesuai kemampuan manusia sehingga hati bisa tetap fokus pada Allah
Sakit bukan sarana pembenaran berkeluh kesah kepada Allah terhadap yang diderita. Tetapi untuk menguji siapa yang dicintai? Diri sendirikah? Ujian yang sempurna diberikan kepada Nabi Ayub, bukan saja kehilangan keluarga dan kekayaan, bukan saja yang bersifat eksternal tetapi yang ada pada dirinya sendiri.
Bila jabatan hilang. Bila kekayaan hilang. Sesungguhnya tak ada yang hilang. Bila raga sakit, maka ada satu yang hilang. Bisakah kita menganggap semuanya tidak ada yang hilang? Seperti Nabi Ayub. Sebab tubuh hanya media tunggangan menuju Allah di kehidupan dunia ini.
Tubuh harus dijaga, makan yang halal dan baik, bergerak dan beristirahat, dihiasi dengan yang indah, digunakan untuk beribadah sebab dia adalah amanah dari Allah. Bila ada prilaku yang zalim pada tubuh, maka tubuh akan sakit. Maka, kelolalah tubuh sesuai dengan tata kelola-Nya Allah.
Sebelum sakit, banyak sinyal tubuh yang terbaca, namun diabaikan. Sebelum sakit, banyak prilaku yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah saw yang diabaikan, namun tak dihiraukan. Sakit adalah saran pembersihan diri atas prilaku kezaliman terhadap diri sendiri.
0 komentar: