Obsesi Semakin Berumur
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Semakin berumur, obsesi semakin sederhana. Pagi - Dzuhur hanya mengelola dan mengolah hasil kebun. Dzuhur - Ashar mengajar di madrasah diniyah informal. Magrib hingga bada Isya mengajar baca Al-Qur'an Iqra di mushalla. Mengulang kembali masa kecil.
Dahulu terobsesi menjadi konsultan, trainer, coach dan pembicara hebat. Berkumpul dengan orang-orang hebat, pintar dan sukses. Sekarang, ternyata lebih nikmat mengajar informal di lokasi yang sunyi dan terpencil di sebuah madrasah dan mushalla yang tak dikenal. Bercengkrama dengan warga petani.
Dahulu terobsesi memiliki kedudukan tertinggi di kantor. Keliling Nusantara. Dihormati banyak orang. Sekarang, ternyata yang paling nikmat, memegang golok, pacul, dan garpu untuk mengolah tanah. Menanam pohon dan tumbuhan kecil. Mengamati, mengurus dan memanennya.
Dahulu terobsesi dengan berwisata dari satu kota ke kota lain dengan kendaraan sendiri. Sekarang, ternyata lebih indah dan nikmat, mengamati satu tanaman ke tanaman lain. Menikmati keindahan bukit, hutan dan pegunungan. Menikmati air yang mengalir jernih di sungai dan selokan.
Dahulu terobsesi mendengar musik dan syair yang indah. Sekarang, ternyata lebih nikmat mendengarkan daun dan dahan yang dihempas oleh angin. Derunya angin. Dahan yang saling bergesek. Suara hewan tanah dan burung. Suara aliran air sungai yang menghempaskan bebatuan.
Dahulu terobsesi dengan rumah yang mewah, tempat tidur dan kursi yang empuk. Sekarang, ternyata lebih indah rumah panggung yang terbuat dari pagar bambu. Tidur dan duduk di atas bale-bale bambu dengan pemandangan sawah yang membentang.
Semakin hari dunia semakin tak indah lagi. Dunia semakin semerawut dengan kehendak-kehendak manusia yang terus memburu dan mengeksploitasi dunia. Hiruk pikuk politik dan bisnis. Hiruk pikuk ketenaran dan keharuman nama baik. Hiruk-pikuk saling berbangga dan merasa lebih baik dan benar. Padahal yang terindah itu hanya bersama Allah saja.
0 komentar: