Saat Ulama Berinteraksi dengan Dirinya Sendiri
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Seorang ulama besar menulis buku yang luar biasa. Karya bukunya berjumlah 10.000 buku. Salah satu bukunya yang terkenal mengenai renungan harian paginya. Bagaimana sang imam berinteraksi dengan fenomena kesehariannya? Bagaimana sang imam berinteraksi dengan bisikan jiwa dan hatinya setiap saat? Bagaimana sang imam berinteraksi dengan letupan pemikirannya?
Setiap letupan jiwa dan pemikirannya ditulisnya. Lalu bagaimana sang imam melawan dan membenarkan setiap yang muncul dari akal, jiwa dan hatinya? Berdialog dan berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Bersama menyendiri dengan dirinya sendiri. Mempengaruhi dan membimbing yang muncul dari dirinya sendiri. Mendidik dirinya sendiri.
Sang imam menyeru pada dirinya sendiri. Berdakwah pada dirinya sendiri. Memberikan penyadaran terhadap dirinya sendiri. Mempengaruhi dirinya sendiri. Mengobati dirinya sendiri. Tantangan utama hidup ini adalah dirinya sendiri.
Yang tersulit adalah berinteraksi dengan dirinya sendiri. Sebab jiwa itu menyuruh pada keburukan. Sebab jiwa itu medan pertempuran pertama dan utama, nafsu lawamah. Sebab jiwa itu terus berbolak balik. Seperti lautan yang bergelombang yang harus ditempa dengan karang yang kokoh. Seperti lempengan tanah yang terus bergerak sehingga harus didiamkan dengan kekokohan gunung.
Sekelas ulama besar pun masih terus berdialog dengan dirinya sendiri. Berargumentasi dengan letupan yang muncul dari akal, jiwa dan hatinya. Masih terus menentramkan egonya. Bisa jadi dasar dari ilmu psikologi adalah interaksi dengan jiwanya sendiri.
Akal adalah kendaraan. Nafsu adalah kendaraan. Hati adalah kendaraan. Bisakah mengendalikannya? Lalu menuntunnya pada rahmat Allah? Membimbingnya pada ampunan Allah? Meneguhkannya pada firman Allah dan Sunnah Rasulullah saw?
Mendengar bisikan hawa nafsu dan syetan. Mendengarkan nasihat dari para malaikat. Itulah yang terus berkecamuk pada diri. Manusia diberikan kebebasan untuk memilihnya. Semuanya dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
0 komentar: