Menolak Merancang Takdirnya Sendiri
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Bila masih dirundung gelisah, bertanda ego diri masih mendominasi. Hawa nafsu masih diikuti dan dituruti. Kegelisahan bertanda was-was syetan terus didengarkan.
Mengapa manusia resah, padahal sudah mendapatkan jaminan Allah? Bernafsu untuk mulia, sehingga berusaha lari dari kehinaan. Bernafsu menikmati aneka makanan sehingga berusaha menjauhi kemiskinan. Bernafsu meraih semua impian, agar impian tersebut tidak sirna.
Gelisah ingin mendapatkan rezeki pada saat tertentu, padahal Allah ingin memberinya di waktu yang lain. Ingin rezekinya barang tertentu, tetapi Allah memberikan barang yang lain. Ingin mendapatkan rezeki dengan mudah, tetapi Allah mengingatkan mendapatkannya dengan susah payah. Ingin rezekinya melimpah, tetapi Allah ingin memberikan sedikit tetapi berkah.
Menghilangkan kegelisahan dengan senantiasa menunggu takdir yang tercatat di Lauhul Mahfudz. Takdir yang sudah tertulis sebelum langit diciptakan. Memasrahkan diri kepada Allah dan tunduk pada aturan-Nya, selayaknya seorang hamba.
Kegelisahan tanda tak mengenal dan mencintai Allah. Padahal Allah lebih mencintai kita daripada kita sendiri. Lebih memahami kita daripada kita sendiri. Rasulullah saw pernah menolak, saat Allah menawarkan Rasulullah saw menentukan sendiri takdir perjalanan hidupnya. Rasulullah saw menolak dengan berkata, "Sesungguhnya Engkau Maha Rahman dan Rahim."
Rasulullah saw saja menolak menentukan takdir perjalanannya sendiri, namun mengapa kita merasa keinginan, kemauan, obsesi, impian dan kejadian yang diharapkan oleh kita sendiri lebih baik dari takdir Allah Yang Maha Rahman dan Rahim? Padahal manusia tak paham apa yang terbaik bagi dirinya sendiri. Sebab akalnya bodoh, ilmu dan pemahamannya sempit, berlaku zalim dan merusak dirinya sendiri.
Manusia tak pernah berfikir, berharap dan meminta menjadi makhluk yang terbaik, mulia dan sempurna. Namun Allah telah memberikannya. Manusia tak pernah berfikir, berharap dan meminta agar jagat raya dan seluruh makhluk menjadi pelayannya, namun Allah telah menganugerahkannya. Masihkah tidak tentram dengan takdir-Nya? Masihkah merasa egonya lebih baik dari takdir Allah?
0 komentar: