Jiwa Bangsa, Shalat dan Zakat
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Shalat itu inti kepribadian seseorang. Zakat itu inti kepribadian sebuah masyarakat. Gabungan keduanya, maka tercipta kemakmuran jiwa dan raga. Membangun pribadi dengan jiwa shalat. Membangun masyarakat dan negara dengan jiwa zakat.
Shalat adalah gambaran integralnya seseorang menapaki kehidupan. Jiwa raga berpadu. Gerakan ruh, akal, perasaan, raga menyatu dan berpadu untuk menghambakan diri pada Allah. Totalitas gerak dan hidup tertuju pada Allah.
Zakat menggambarkan satu tubuhnya individu dalam masyarakat yang beragam. Setiap individu memiliki semangat memberi bukan menghimpun. Menolong bukan menumpuk. Menyebar bukan memonopoli. Menciptakan dan menyebar kemaslahatan bukan mengeruknya.
Ikatan hati dan perasaan antar individu dalam masyarakat. Penyatuan gerak dan langkah setiap individu dalam sebuah bangsa. Tercermin dari bagaimana respon terhadap penunaian zakatnya. Kebersihan hati, akal, perasaan, dan raga. Kebersihan sepak terjang setiap individu tercermin dari respon dan pemahamannya terhadap jiwa shalat.
Imam Al-Ghazali menempatkan shalat dan zakat sebagai urutan pertama dan kedua dalam perbaikan jiwa. Imam Hasan Al-Banna menempatkan shalat dan zakat sebagai sarana perbaikan dan pendidikan utama ditambah jihad untuk menuju kebangkitan dan kejayaan umat Islam.
Al-Qur'an menyatukan shalat dan zakat sebagai satu kesatuan yang utuh. Abu Bakar memerangi mereka yang memisahkan zakat dari shalat. Kebaikan individu berasal dari kebaikan lingkungan masyarakat. Zakat penopang kuat kebaikan individu. Bila shalat tanpa zakat, kekuatan individu akan melemah karena tidak ada saling menopang dan bahu membahu.
Individu tanpa shalat akan rusak. Individu tanpa zakat akan lemah tak ada yang saling menguatkan, menolong dan menopang. Kekuatan sebuah bangsa dan negri tergantung penunaian terhadap shalat dan zakatnya. Pemimpin, pejabat dan masyarakat harus bermental shalat dan zakat. Itulah bangsa yang kokoh.
0 komentar: