Integrasi Dunia dan Akhirat
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Apa yang dilakukan. Apa yang dijalani. Semua peristiwa yang dilalui, manfaatkan sebagai bekal kematian. Berbisnislah. Berpolitiklah. Mendidiklah. Jadikan sebagai bekal kematian. Sebab, setiap helaan nafas, satu langkah menuju kematian.
Bila kenikmatan dunia tidak merasakan getaran dan kerinduan dengan kenikmatan akhirat. Bila kesulitan dunia tidak membawa getaran pada siksaan dan ketakutan pada kengerian neraka. Itu bertanda dunia telah menjadi puncak obsesi dan ilmu. Dunia dan akhirat sudah terpisah.
Bukankah Allah selalu memaparkan kebahagiaan akhirat dengan kenikmatan dunia? Bukankah Allah selalu memaparkan kengerian azab akhirat dengan kengerian di dunia? Dunia itu akhirat. Akhirat itu dunia. Mengapa kita memisahkannya?
Bukankah Allah dan Rasulullah saw selalu menghubungkan ragam jabatan, profesi dan kebiasaan di dunia dengan ragam pengaruhnya terhadap akhirat? Menghubungkan sepakterjang penguasa, hakim, petani, pebisnis dengan ragam peristiwa di akhirat? Dunia itu akhirat. Akhirat itu dunia.
Dunia untuk dunia tidak akan pernah menciptakan dan merasakan kebahagiaan. Bukankah yang merasakan kebahagiaan itu ruh dan jiwa bukan raga? Akal tidak akan pernah terpuaskan dengan kepentingan dunia, sebab akal itu ada di dalam dada. Raga itu hanya butuh seonggok makan, minum dan tidur saja.
Obsesi terhadap dunia adalah penderitaan hidup. Sebab Allah menghukum para pencinta dunia dengan dijadikannya terasa indah segala apa yang ada dunia. Tanda ketertipuan hidup adalah terasa indah dan membahagiakan segala orientasi dunia.
Rindu terhadap akhirat, membuat seluruh perjalanan di dunia teramat mudah dan ringan. Rindu terhadap dunia, membuat segala yang ada di dunia memusingkan dan menakutkan. Sebab manusia bukan pengendali perjalanan hidupnya sendiri. Tidak ada pengetahuan sedikitpun akan sedetik kemudian.
0 komentar: