Berbisnis, Tanggungjawab Dharurat
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Bukalah kitab Ihya Ulumudin. Bagaimana hukum mendirikan usaha? Bila ingin membangun negara yang makmur, berapa persen dari penduduknya yang harus menggeluti usaha? Bila belum terpenuhi, bagaimana tanggungjawab penduduk di negri tersebut? Kajilah semua ini dalam tinjauan syariat Islam.
Membangun usaha karena Allah memerintahkan Muslimin untuk memperhatikan apa yang kamu makan. Perintah memperhatikan yang dimakan disandingkan dengan amal shaleh. Berarti membangun usaha disejajarkan dengan amal shaleh. Mengapa berbisnis hanya dijadikan untuk sekedar mencari nafkah dan mengumpulkan kekayaan? Kebutuhan perut saja?
Membangun usaha adalah kewajiban yang darurat. Darurat secara akidah, sebab bisnis telah menjerumuskan manusia menjadi "makhluk ekonomi" bukan Hamba Allah lagi. Ada orientasi aqidah dan tanggungjawab jawab membangun aqidah dalam berbisnis, menjadikan Allah sebagai puncak obsesinya bukan laba, profit, pertumbuhan atau pun market share.
Bisnis telah menjerumuskan manusia pada sekularisme, meninggalkan konsep Allah dalam praktek, bisnis proses, pengembangan sistem dan teknologi dengan gandrung pada menuhankan akal dan konsep manusia, yang berorientasi pada kerakusan, kekikiran, penguasaan dan eksploitasi.
Bisnis itu bukan sekedar menjual, profit dan laba. Bukan sekedar memenuhi kebutuhan manusia. Tetapi menjadikan Allah sebagai orientasinya. Bisnis sebagai sarana bertawakal dan menggantung diri pada Allah. Bisnis sebagai pelatihan ketauhidan bahwa Allah yang menentukan takdir kehidupan.
Bukankah yang menggerakkan hati adalah Allah? Bukankah yang melezatkan itu semuanya berasal dari Allah? Bukankah yang menurunkan ketentraman dan kenyamanan itu Allah? Bisnis yang dibangun itu seperti laba-laba yang membuat sarangnya, namun tak tahu siapa yang menyangkut di sarangnya. Namun laba-laba membangun sarangnya dengan sangat sempurna.
Jangan sisakan bangkai dunia. Jangan sisakan hawa nafsu. Jangan berteman dengan syetan dalam pengelolaan bisnis. Sebab, sepak terjang bisnis pun akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Bisnis sebuah sarana peneguhan penghambaan diri pada Allah. Menjadi ulama, pebisnis dan penguasa itu sama saja. Setiap lapangan kehidupan harus berorientasi pada Allah.
0 komentar: