Bantingan Menjadi Lompatan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Yang terpahit akan menjadi yang terindah bila bisa mengelolanya. Terimalah kenyataan brutal. Bertanyalah, apa yang ingin Allah ajarkan? Lompatannya harus lebih tinggi dari kejatuhan.
Perhatikan bola bekel, semakin kencang dan keras dibanting akan semakin tinggi lompatannya. Semakin keras tempat benturannya akan semakin tinggi. Kerasnya banting dan kerasnya media yang dibenturkan semakin melompat lebih jauh. Tidak hancur, remuk dan patah. Daya bantingan diubah menjadi energi lompatan.
Dalam bantingan masih adakah ketentraman dan optimisme? Dalam bantingan adakah kepasrahan pada Allah? Melawan bantingan bukan dengan mengeraskan tetapi melenturkan. Jangan ada kesal, kecewa, dendam, dan sakit hati pada siapapun. Yang diperkuat, mintalah pertolongan dan perlindungan pada Allah.
Apakah arti diri ini dibandingkan dengan para Nabi dan Rasul? Para Nabi dan Rasul memiliki mukjizat, doanya terkabul, derajatnya paling tinggi di antara seluruh manusia. Mengapa Allah membiarkan dibanting (dicela dan dihina) oleh manusia yang paling rendah di muka bumi? Rasulullah saw menunggu waktu 10 tahun. Nabi Nuh menunggu 950 tahun. Berapa lamakah kita mengalaminya?
Bila hati terfokus pada Allah. Bila hati sibuk bersama Allah. Manusia tidak akan merasakan adanya bantingan hidup. Kegelisahan dan keresahan terhadap fakta brutal, karena masih ada rasa ingin dihormati, dihargai, dimuliakan, keinginan dan harapan berkaitan ego dirinya. Persepsinya masih berlawanan dengan Maha Berkehendak-Nya Allah.
Bila memahami Ar Rahman dan Rahim-Nya Allah. Bila memahami makna Rabbulalamin-Nya Allah, maka tidak akan pernah merasakan adanya bantingan. Sebab kesudahan yang baik untuk yang beriman.
Bantingan hidup hanya untuk membongkar borok ketauhidan. Bukan untuk melemahkan dan mempersulit. Bukan untuk menghinakan. Tetapi untuk menilai, apa dan siapa yang membuatnya sedih, takut dan harap?
0 komentar: