Puncak Peradaban, Memenuhi Panggilan Allah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Nabi Ibrahim diperintahkan berhijrah ke Mekah bersama istrinya Siti Hajar dan bayinya Ismail. Di dapati negri yang kering kerontang. Tandus, panas, tanpa air dan kehidupan. Lalu diperintahkan meninggalkan Istri dan putranya yang masih bayi. Bagaimana perasaannya?
Siti Hajar menerima kenyataan yang harus dihadapi. Nabi Ibrahim berdoa untuk kemakmuran negri yang tandus dan kering kerontang ini. Allah itu Rahman dan Rahim. Tak pernah meninggalkan hamba-Nya, bila menaati dan berserah diri pada-Nya. Keyakinan adalah kenyataan. Allah selalu menepati janji-Nya.
Allah, hanya cukup mengeluarkan air dari hentakan kaki sang bayi Ismail. Air merubah wajah Mekah. Yang tandus kering kerontang menjadi subur. Tanpa penghuni, menjadi rebutan para kabilah yang sering berlalu lalang di wilayah tersebut. Teramat mudahnya bagi Allah untuk merubah keadaan yang sangat ekstrim.
Allah bisa langsung mengeluarkan air dari mana pun. Mengapa harus menunggu Siti Hajar berlari dari Safa dan Marwa beberapa putaran? Mengapa harus menunggu kaki bayi Ismail menghentak kaki ke bumi? Mengapa harus menunggu Nabi Ibrahim memanjatkan doa? Bukalah pintu langit dengan mengetuk apa yang di bumi. Seperti itu hukumnya.
Allah menguji siapa yang bersabar dan berjihad. Allah tak membiarkan potensi makhluk yang sempurna menganggur. Saat manusia tak disibukkan dengan ikhtiar, maka hawa nafsu dan syetan akan terus menganggu manusia. Berikhtiarlah agar hati, jiwa dan akal tak sempat mendengarkan bisikan syetan dan hawa nafsu.
Puncak ikhtiar Nabi Ibrahim dan Ismail adalah membangun kembali Kabah yang sebelumnya sudah dibangun oleh para Nabi sebelumnya. Puncak karya tertinggi manusia adalah membangun peradaban yang menjadi rumah tempat berkumpulnya manusia untuk berhimpun dalam bimbingan dan ketaatan kepada Allah.
Ikhtiar berkuasa dan mengelola kekuasaan. Berikhtiar membangun bisnis dan mengelola kekayaan. Berikhtiar membangun hukum dan pengelolaan ketertiban interaksi manusia. Membangun sosial budaya dan mengelola wajah dan gaya hidup manusia, harus berujung pada sebuah rumah peradaban yang jiwa dan gairahnya terpanggil untuk memenuhi panggilan Allah.
0 komentar: