Membangun Peradaban Dengan Malu Kepada Allah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Malulah kepada Allah. Allah senantiasa berada dalam kesibukan. Mengapa hamba-Nya bermalasan? Allah mengatur segala urusan hamba-Nya. Mengapa hamba-Nya tidak mengelola urusan dirinya melalui pengelolaan pemerintah dan kekuasaan? Berpolitik dan mengenggam kekuasaan karena malu kepada Allah.
Allah Rabbulalamin. Allah menciptakan, memelihara dan mendidik jagat raya. Malulah kepada Allah bila tidak ada karya sedikit pun dalam kehidupan ini. Allah senantiasa menciptakan, mengapa manusia tidak membangun teknologi, fasilitas, sarana prasarana dan infrastruktur? Membangun negri, bertanda malu kepada Allah.
Allah memelihara jagat raya. Rawatlah fasilitas publik, fasilitas industri, rumah dan keasrian lingkungan. Peliharalah area pertanian, perkebunan, sungai, hutan dan gunung. Rawatlah semua yang ada. Malulah kepada Allah, Allah yang memelihara mengapa hamba-Nya justru merusaknya?
Allah menyuburkan tanah dengan air hujan. Kelolalah air hujan sebagai bentuk terimakasih hamba kepada pemberian-Nya. Dengan air hujan, Allah menumbuhkan tanaman dan mengeluarkan buah. Bentuk malu kepada dengan bertani, berkebun, mengelola hasil panen agar tetap segar.
Allah mendidik jagat raya. Malulah kepada Allah dengan membangun beragam lembaga dan fasilitas pendidikan. Setiap ucapan, ungkapan dan tindakan adalah sarana mendidik. Membaca dan belajar adalah bentuk malu kepada Allah. Bukankah Allah Maha Berilmu? Mengapa hamba-Nya bodoh?
Allah menjaga jejak-jejak umat sebelumnya agar diambil pelajaran. Mengapa manusia mengabaikan warisan masa lalu? Belajar Arkeologi, antropologi, membangun situs dan museum, sejarah, dan berkaitan dengan masa lalu merupakan bentuk malu kepada Allah.
Allah bisa langsung mengazab kaum dan penguasa yang zalim detik ini juga. Yang kafir bisa langsung dimusnahkan sekarang juga. Namun Allah memegang teguh apa yang sudah tertulis di Lauhul Mahfud. Allah Maha Menepati Janji. Bila Allah menepati semua janji-Nya, betapa malunya pada Allah bila kita menghianati perjanjian, konsensus bernegara, akad bisnis dan kemitraan, janji rumah tangga dan janji lainnya?
0 komentar: