Balasan Tak Setimpal, Itulah Dunia
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Selama di dunia, bersiaplah untuk tidak mendapatkan balasan yang setimpal. Bahkan tidak mendapatkan balasan sama sekali. Bahkan kebaikan itu dicerca, dihina dan diremehkan. Sebab dunia itu arena amal.
Bila ingin mendapatkan penghargaan di dunia, berarti tak memahami karakter dunia. Oleh sebab itu, para Nabi dan Rasul hanya meminta upah dari Allah, bukan manusia. Sebab yang bisa membalas dengan adil, berlipat, lebih baik dan tak terhingga hanya Allah. Allah pemilik perbendaharaan langit dan bumi.
Seandainya manusia memegang kunci perbendaharaan langit dan bumi, apakah manusia bisa membalas dan menghargai dengan setimpal? Tidak bisa. Dalam diri manusia tetap ada penyakit kikir. Oleh sebab itu, Allah terus mengingatkan manusia untuk bersedekah.
Orang yang kecewa dengan balasan manusia itu aneh. Kecewa itu hal biasa. Sebab manusia itu tak memiliki apa pun. Hanya balasan dari Allah yang "surprise". Oleh karena itu Allah menuntut manusia agar membalas sesuatu dengan yang "makruf"
Menurut Buya Hamka di Tafsir Al-Azhar, sudah menjadi hal biasa bila karya dan kebaikan seseorang ditutupi dan dihancurkan karena permainan dan kepentingan politik. Betapa banyak sang pahlawan dihapus dari buku sejarah?
Andai manusia berkarya berdasarkan balasan, semuanya akan berdiam diri dan tak bergairah. Perhatikan para petani, saat menanam bibit dilangkakan. Saat tanaman tumbuh, pupuk dimahalkan. Saat panen, harganya dihancurkan. Lalu, apa yang membuat petani terus menanam? Tanggungjawab dan kebahagiaan bersama tanamannya.
Balasan sehebat dan sebesar apapun di dunia tidaklah berguna. Sebab bersifat rendah, fana, hilang, musnah, dan semuanya berasal dari tanah. Bila manusia adalah makhluk terbaik, maka balasan yang setimpal adalah kebersamaan dengan Allah.
0 komentar: