Akal Tanpa Wahyu
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Manusia tanpa wahyu, bagaimanakah? Manusia hanya mengandalkan akalnya, bagaimanakah? Perhatikan kondisi peradaban Romawi, Persia dan India sebelum kelahiran Rasulullah saw. Seperti itulah wajah peradaban yang hanya mengandalkan akalnya.
Akal tak bisa mendefinisikan kebenaran dan kemaslahatan. Akal hanya bisa mengkreasikan sarana dan prasarana untuk menuju pada sesuatu. Akal butuh bimbingan dan petunjuk. Akal tanpa wahyu seperti pedang yang tak tahu digunakan untuk apa.
Akal tanpa wahyu, seperti pengembara yang melangkah tanpa arah. Untuk apa pengembaraannya? Kemana perginya? Perjalanan yang tak menghasilkan apa pun. Hidup hanya menghabiskan umur dan energi saja.
Akal tanpa wahyu, membuat kehidupan manusia seperti binatang. Hidup hanya untuk makan, minum, mengumpulkan segala kebutuhan agar tidak kekurangan dan kelaparan. Hanya saling berbangga dan sombong dengan kekuatan sumber daya yang dimiliki. Perhatikan hewan, itulah kehidupan yang mengandalkan akal tanpa wahyu.
Akal tanpa wahyu menjerumuskan manusia pada memandang indah perbuatan buruknya. LGBT itu dipandang indah, bukankah menghancurkan keberadaan manusia di muka bumi? Menimbun dan mengurangi takaran itu indah. Riba itu indah. Kezaliman dan kediktatoran itu indah.
Akal hanya merekam yang telah dilalui, dirasakan dan didengarnya. Bagaimana bila yang direkamnya hanya sebuah kebohongan, logika yang salah yang diputar balikan oleh indahnya ucapan dan fakta yang dimanipulasi, perasaan yang tidak terkendali? Akal tidak bisa melihat hakikat. Sebab panca indra bisa dikamuflasekan.
Akal itu tertuju pada alam semesta. Akal ditujukan untuk memahami firman Allah. Namun akal tak pernah bisa menciptakan alam semesta dan kitab suci. Sebab peran akal untuk menyelidiki, memahami, menduplikasi dan mengkreasikan sesuatu yang sudah ada namun tak pernah bisa menciptakan dan mengkreasikan yang belum ada. Bukankah Allah telah menantang akal manusia untuk membuat ayat seperti Al-Qur'an?
0 komentar: