Adab Terhadap Konsumen, Seperti Adab Kepada Guru dan Sahabat
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Semua yang akan ditinggalkan tidak berharga dan tak berguna. Giat, bersemangat, tak kenal lelah dan rela berkorban untuk yang akan ditinggalkan. Berbangga atas apa yang akan ditinggalkan. Itulah penyebab kehancuran peradaban.
Mengelola usaha dan bekerja bukan untuk mendapatkan kebendaan dan kebanggaan yang akan usang, tetapi untuk memberikan kemanfaatan pada manusia melalui unit usaha, dan toko yang dikelola. Inilah amal shaleh melalui pelayanan terhadap konsumen.
Konsumen adalah guru juga sahabat. Dari konsumen, banyak pembelajaran yang menguak tentang apa yang harus diperbaiki dari proses bisnis, infrastruktur dan teknologi. Konsumen adalah trigger dari semua perubahan, pertumbuhan dan perbaikan bisnis. Maka layanilah konsumen seperti adab terhadap guru.
Puncak tertinggi pelayanan adalah rasa penghormatan dan kecintaan terhadap konsumen dan konsumen pun mendoakannya. Menjadikan konsumen sebagai guru. Beradab seperti murid kepada guru. Itulah keberkahan meraih kesuksesan.
Mendatangi guru untuk mendapatkan keberkahan pada guru. Mendatangi konsumen. Membawa sesuatu untuk konsumen. Bukan agar konsumen berbelanja dan mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli, tetapi sebagai bentuk adab seorang murid terhadap gurunya.
Konsumen adalah Sahabat. Bukankah kegembiraan dan hiburan itu saat konsumen datang? Bukankah melepaskan kesulitan dan memudahkan urusan sahabat adalah kebahagiaan? Bukankah sahabat yang berkumpul karena Allah akan mendapatkan naungan dari Allah?
Setiap yang datang ke kedai, warung dan outlet merupakan "utusan" Allah. Mereka telah dipilih Allah untuk datang. Yang telah dipilih oleh Allah harus dilayani sebagai penghargaan karena Allah telah "mengutusnya" untuk singgah di kedai.
0 komentar: