Jihad Bermula dari Tempat Tidur
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Jihad itu dimulai sejak terjaga dari tidur. Apa yang dilakukannya? Tidur kembali dengan mendengar bisikan hati bahwa malam masih panjang? Atau berjuang bangun dengan berdzikir kepada Allah? Bila bangun, maka satu ikatan syetan terputus. Ikatan itu saling mengikat untuk menguatkan. Bila satu terputus, maka ikatan lain semakin longgar.
Terbangun lalu berdzikir. Terbangun lalu menyebutkan asma Allah. Inilah awal hari yang luar biasa. Bila kesadaran pertamanya Allah, itulah tanda bahwa fokus hidupnya adalah Allah. Bila selain Allah, bertanda bahwa fokus hidupnya hanya hiruk pikuk kehidupan yang hanya berbuah kesibukan dan kelelahan dengan persoalan hidup yang tak pernah tuntas.
Awal itu menunjukkan liku-liku perjalanan berikutnya. Langkah awal itu menunjukkan hasil akhirnya. Tak perlu menunggu hasil akhir untuk mengetahui hasilnya. Cukup mengetahui langkah awal untuk mengetahui hasil akhirnya. Bukankah amal seseorang ditentukan oleh niatnya? Bukankah menyekutukan Allah menyebabkan datang siksaan-Nya? Niat itu menarik energi kekuatan para penopangnya. Siapa dan apa yang membersamainya tergantung niat awalnya.
Bila yang pertama kali teringat dan disebutnya adalah Allah. Maka Allah akan menolong, membantu, memudahkan, menjadi pelindung, pemimpin dan pembimbingnya. Sang Pemilik Alam Semesta, yang Maha Perkasa selalu membersamainya.
Saat tidur, Syetan mengikat kesadaran manusia. Lepaskan dengan bangun dan berdzikir. Syetan mengikat raga manusia, lepaskan dengan berwudhu. Syetan mengikat jiwa manusia, lepaskan dengan shalat. Bila ketiga ikatan itu terlepas, maka tak ada lagi ikatan syetan dalam melalui liku-liku kehidupan dari pagi hingga tidur kembali.
Wudhu memberikan refleksi dan energi kepada seluruh titik sentral organ tubuh. Syaraf, organ dalam tubuh dan otak disuntikkan kekuatan dan ketentraman. Wudhu telah menyempurnakan kesadaran dan kekuatan yang sempurna.
Ikatan syetan ketiga hanya bisa dilepaskan dengan shalat. Setiap ikatan syetan memiliki cara khusus untuk melepaskannya. Setelah kesadaran dan raganya terlepas dari ikatan syetan, selanjutnya melepaskan ikatan jiwa dengan shalat. Bila jiwa sudah diberikan energi, maka manusia akan mampu mengelola dan memimpin diri dan kehidupannya.
0 komentar: