Ilmu Dasar Peternakan dari Sunah Rasulullah saw
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Perlakuan manusia terhadap hewan ternaknya seharusnya seperti memperlakukannya terhadap dirinya sendiri. Bukankah penyebutan manusia di Al-Qur'an terkadang disejajarkan?
Manusia terkadang lebih buruk dari hewan ternak, berarti berprilaku seperti hewan ternak terkadang lebih baik daripada berprilaku sebagai manusia. Hewan ternak untuk intropeksi diri. Berternaklah untuk mengaca diri sendiri.
Dalam kumpulan mukjizat Rasulullah saw, salah satu hadist yang banyak dikumpulkan adalah tentang perlakuan Rasulullah saw terhadap binatang liar dan hewan ternak. Banyak hewan yang mengadukan perlakuan buruk pemilik ternak atau manusia. Ada unta yang mengadu. Ada biawak yang mengadu.
Ada hewan ternak yang mengadu ke Rasulullah saw karena tidak diberi makan, dipisahkan dengan anaknya, masuk perangkap dan diberi beban pekerjaan yang melampaui kemampuannya. Rasulullah saw pun memanggil para pemiliknya dan membebaskan hewan yang terperangkap.
Di era Umar bin Khatab, saat menjadi khalifah, beliau mendesain infrastruktur jalan, agar hewan ternak tidak terperosok dan tersesat. Di era Umar bin Abdul Aziz, beliau mendesain peraturan batas maksimal unta, keledai dan kuda dalam membawa beban.
Rasulullah saw melarang mengadu binatang ternak. Ayam jago tak boleh diadu. Kambing jantan tak boleh diadu. Di akhirat kelak, binatang yang pernah "menzalimi" binatang lain akan dihisab lalu musnah. Bagaimana bila manusia yang menzalimi hewan?
Sebelum berternak, perhatikan apa yang disukai dari perlakuan orang lain terhadap diri? Apa yang paling disukai untuk dilakukan? Seperti itulah memperlakukan hewan ternak. Itulah titik awal mengarungi dunia peternakan.
0 komentar: