Hidup Sebuah Learning Organization
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Allah mengilhamkan taqwa dan fujur. Mengapa tidak takwa saja? Mengapa tidak kebaikan saja? Mengapa tidak malaikat saja? Mengapa harus ada bisikan syetan dan nafsu?
Hidup adalah wahana pembelajaran, learning organization. Ada kebaikan dan keburukan. Ada jatuh dan bangun. Terjerumus dan tersadar. Ada kesalahan dan kebenaran. Semuanya pergulatan pembelajaran.
Kesalahan, dosa, terjerumus pada keburukan dan kesalahan adalah sarana pembelajaran. Allah menerima taubat dan istighfar. Allah menyambut mereka yang kembali kepada Allah.
Kondisi manusia selalu dalam pergulatan fujur dan takwa. Mengapa dimulai dengan kata fujur lalu takwa? Bisa jadi, fujur pun bisa membimbing menuju takwa. Fujur, bisa jadi membawa kesadaran akan takwa. Bukankah fujur membawanya pada kegelisahan dan kepedihan? Bukankah dalam kegelisahan seseorang mencari ketentraman dengan ketakwaan?
Bukankah Allah memerintahkan untuk bersegera meraih ampunan Allah? Bukankah manusia terbaik yang berdosa adalah mereka yang bertaubat? Bukankah manusia yang beruntung adalah yang hari ini lebih baik dari hari kemarin? Inilah perbaikan dan pembelajaran diri yang tak pernah selesai.
Bisa mendeteksi fujur, inilah awal perbaikan. Kepekaan merasakan perbuatan fujur, sebuah kualitas diri yang luar biasa. Ada keraguan. Ada kegelisahan. Kualitas ketakwaan terlihat dari sensitivitas terhadap kefujuran.
Fujur dan takwa, dua sisi yang senantiasa mengiringi kehidupan. Fujur dan takwa sebuah pergulatan yang tak pernah selesai. Mana yang dipilih? Bagaimana memperbaiki kefujuran menjadi ketakwaan? Semuanya ditentukan oleh kualitas diri.
0 komentar: