Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Yang sangat berharga justru dibuang, dihinakan dan ditinggalkan. Ada calon pemimpin dengan integritas dan kapabilitas tinggi, yang dipilih dan diangkat justru yang tak paham tentang urusannya. Bagi yang memiliki banyak kepentingan pribadi, pemimpin yang bodohlah yang didambakan.
Dunia itu sampah, namun menjadi obsesi tertinggi manusia. Jadi jangan heran, bila kebanyakan pemimpin yang muncul adalah mereka yang bodoh dan tak peduli dengan urusan kepemimpinan. Ada masa, dibohongi adalah kenikmatan bagi rakyat dan terus ingin dibohongi walaupun harus melabrak perundangan.
Yang paling sensitif itu pendengaran. Pendengaran bisa mengalahkan penglihatan. Syetan menjerumuskan dengan bisikan. Dengan mengepung pendengaran, kebohongan bisa menjadi kebenaran. Kerja nyata itu tidak perlu, yang terpenting mengepung manusia dengan kebohongan.
Yang menipu akan tertipu. Sebab segalanya akan kembali kepada dirinya sendiri. Bagaimana seseorang berdiri, seperti itulah dia akan jatuh. Bagaimana seseorang meraih kekuasaan, akan seperti itu pula kejatuhannya.
Bagaimana kemunculan Bani Ummayah, seperti itu pula kehancurannya di tangan Bani Abbasiyah. Bagaimana kemunculan Bani Abbasiyah, seperti itu pula kehancurannya di tangan Mongol. Waspadalah dengan titik awal, titik awal menentukan perjalanan di titik akhir.
Perjalanan keris Empu Gandring di era Tumapel menuju Singasari menjadi model siklus kekuasaan. Di awali dengan pembunuhan, diakhiri dengan pembunuhan juga. Seperti itulah hukum awal dan akhir.
Bila kekuasaan diawali dengan kebohongan, maka akan berakhir dibohongi. Bila kekuasaan diawali dengan penipuan, maka diakhiri dengan ketertipuan. Bukankah penipu akan berkumpul dengan penipu. Bukankah pembohong akan berkumpul dengan para pembohong. Kata pepatah, seperti orang yang menepuk air didulang.
0 komentar: