Saat Nyawa Tak Berharga Bagi Penguasa
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Satu nyawa sama dengan satu umat manusia. Itulah prinsip Islam. Sebab itu dalam Islam ada Qisas dan Diyat untuk menyelamatkan satu nyawa manusia. Bagaimana di Indonesia? Tak ada harganya sama sekali. Tragedi KM 50, Pembunuhan Brigadir J, aksi sparatis OPM, bahkan pemberontakan 30 S PKI akan dihilangkan? Juga tragedi sepakbola di Malang. Semuanya membenarkan tindakan lenyapnya sebuah nyawa.
Bila pemimpin penuh dusta, apa yang terjadi? Dalam Al-Qur'an, kedustaan itu lahir karena kebodohan dan kelalaian? Bila pemimpin dipenuhi kedustaan itulah cermin dari kebodohan dan kelalaian dalam mengelola pemerintah.
Demi menjaga karater kedustaan penguasa, dibuat beragam tim investigasi. Tugasnya, menutupi kedustaan. Harus ada kambing hitam. Bagaimana penguasa tidak menjadi tertuduh dan bukan pelakunya. Seperti yang dilakukan Firaun kepada Nabi Musa, semua penderitaan rakyat Mesir yang berhasil dipecahkan oleh Nabi Musa berujung pada menuduh Nabi Musa sebagai pelaku utama, sedang Firaun sebagai sumber penyebabnya terbebas dari tuduhan.
Saat tragedi KM50, para korban yang dibunuh didakwa karena melawan. Padahal, siapakah yang mengejar para korban? Saat tragedi "Sambo", korbannya dituduh melakukan pelecehan seksual, sedang pelakunya sedang test PCR di luar rumah. Saat tragedi kematian suporter bola, yang jadi korban dituduh menjadi supporter militan yang ingin membuat keributan. Bukan kesalahan pengelolanya.
Firaun ketakutan dengan mimpinya. Bayi yang baru lahir harus dibunuh. Dikerahkan seluruh prajurit untuk menyusuri Mesir untuk membunuh bayi lelaki yang baru lahir. Saat Capres memiliki potensi besar, lembaga anti korupsi sudah siap memasukannya ke penjara. Bisakah sang bayi lolos seperti bayi Musa dengan dihanyutkan ke jalan lain? Yaitu aliran sungai?
Kedustaan, itulah cara Firaun mengokohkan kekuasaannya. Mendeklarasikan menjadi tuhan, karena berkuasa di tanah Mesir yang subur. Mampu membangun ragam infrastruktur bangunan yang besar dan megah, untuk menunjukkan kehebatannya. Namun apa akhir dari semua kedustaannya? Seluruh infrastruktur yang dibangun runtuh. Piramida yang luar biasa hanya menjadi kuburan tempat mengabadikan kedustaan saja. Hancur saat posisinya paling kuat dan pasti menang.
Saat satu nyawa tak berharga. Saat membunuh ratusan ribu bayi dianggap keharusan untuk menjaga stabilitas kekuasaan. Saat seluruh alat kekuasaan menjadi budak penguasa, maka setiap penguasa akan berakhir seperti Firaun? Itukah gambar negri ini? Bila rakyat terus dibuat resah. Saat nyawa tak lagi berharga. Bila resesi global terus merangsek masuk. Apa yang terjadi berikutnya?
0 komentar: