Beramal Sholeh dengan Mengelola dan Mewariskan Harta
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Saat badan sudah ringkih. Saat tak bisa lagi menikmati kesenangan dunia. Saat usia sudah udzur, yang dipikirkan tetap saja tentang dunia? Harta yang ada harus dihabiskan untuk dirinya. Kalo masih ada, anak cucunya yang akan menikmatinya padahal dirinya sudah wafat. Hartanya tak boleh dinikmati oleh anak keturunannya sekali pun.
Yang mengumpulkan harta untuk 7 turunan merupakan kebodohan. Apa lagi tidak menyisakan warisan untuk keturunannya dengan dalih nanti yang menikmati bukan dirinya sendiri? Padahal mewariskan harta kepada keturunan adalah ibadah, amal shaleh, infaq terbaik, bukankah Allah mengingatkan untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah?
Mewariskan harta adalah perintah Allah, hukum syariat, melanjutkan amanah kekayaan, menjaga keberlangsungan hidup agar semuanya dikelola dan diberdayakan, tidak boleh ada kekayaan yang sia-sia dan menganggur. Semua kekayaan harus bergerak, memutar dan mengalir, sekali diam maka keburukan yang dialami.
Perhatikan, bagaimana takdir yang memiliki kekayaan tetapi didiamkan? Memiliki tanah tetapi tak diolah dan ditelantarkan? Memiliki uang tetapi tak diputar? Bila amanah tak ditunaikan maka Allah akan mencabut harta yang telah ada.
Menelantarkan harta, tanah dan uang adalah kemaksiatan. Seperti manusia yang tidak menjalankan perannya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Bila memiliki harta, tanah dan uang, pikirkanlah untuk apa semuanya diciptakan oleh Allah? Apa peran harta, tanah dan uang? Lalu tunaikan semua tujuan penciptaan harta, tanah dan uang.
Peran khalifah hanya untuk mengenggam semuanya yang di alam semesta agar sesuai dengan penciptanya. Mengelola alam semesta sesuai perannya. Memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah yang menyebar di alam semesta.
Nasihat Lukmanul Hakim kepada anaknya, bahwa ketika agama, kekayaan dan akhlak mulia berpadu dalam satu gerak, maka itulah para Wali Allah di muka bumi. Harta, tanah dan uang, hanya untuk melihat, siapakah Wali Allah yang sebenarnya?
0 komentar: