Tak Ada Tema Baru di Kehidupan ini
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Manusia terus berseteru. Manusia terus bertikai. Manusia terus berpolemik. Mengapa selalu seperti itu? Padahal segala hal yang dipolemikkan sudah perselisihan di masa lalu. Yang dikejar dan diburu, sudah dikejar dan diburu oleh nenek moyangnya. Apakah tidak ada tema baru di kehidupan ini?
Bagaimana penguasa yang memenjarakan para ulama? Bagaimana rezim yang membungkam para ulama dan pengkritiknya? Cukup membuka lembaran kembali masa lalu. Seperti itulah akhirnya. Takdir tak pernah berubah. Perjalanan yang sama akan berakhir di garis finish yang sama.
Bagaimana akhir mereka yang mencemooh Islam? Cukuplah membaca kisah dan sejarah para Nabi. Semuanya akan berakhir pada titik akhir yang sama. Para konglomerat, pejabat, politisi, penyebar berita hitam akan berakhir di garis finish yang sama. Melihat hiruk-pikuk kehidupan sangat lucu dan membosankan. Sebab kita semua sudah paham titik akhirnya.
Perbedaan pendapat tentang khilafiyah sudah ada di era Rasulullah saw. Mengapa fenomena membidahkan dan mengkafirkan tak pernah berhenti? Apakah urusan agama itu hanya persoalan ini? Ruang kehidupan sangat banyak yang harus diisi, namun mengapa terus meributkan yang sudah dituntaskan di era sebelumnya?
Meributkan urusan persengketaan. Menipu dan memanipulasi. Iri dan dengki. Dendam dan benci. Mengapa tak bisa dihilangkan? Padahal usia bumi sudah jutaan tahun. Padahal usia manusia di bumi sudah sangat lama sejak Nabi Adam. Persoalan manusia seperti gangsing yang terus berputar. Berbeda zaman dan generasi. Tetapi persoalan dan keributannya tetap sama.
Semua yang bersengketa akan mati. Semua yang berseteru akan mati. Yang menang dan kalah akan mati. Berbeda ataukah sama? Meraih sesuatu karena kemenangan sengketa. Apakah lebih beruntung daripada yang kalah? Yang menang akan meninggalkan apa yang dimenangkannya saat wafat nanti. Bukankah akhirnya tetap sama? Tak memiliki sesuatu lagi?
Kehidupan manusia penuh kelucuan. Seperti menonton anak kecil memperebutkan sesuatu. Sudah jelas akhirnya. Sudah terang ujungnya. Tapi terus berkonflik, berseteru, dan meributkan yang kelak ditinggalkannya. Yang dimiliki bukan miliknya. Yang hilang bukan miliknya pula. Itulah keanehannya.
0 komentar: