Sulitnya Berserah Diri pada Allah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Ternyata sangat sulit untuk berserah diri kepada Allah. Setelah membangun kembali Kabah, Nabi Ibrahim dan Ismail berdoa bersama agar mereka berdua dan seluruh keturunannya menjadi umat yang berserah diri kepada Allah. Bapak para Nabi, kekasih Allah berdoanya tak muluk, hanya menjadi hamba yang berserah diri kepada Allah saja. Ada apa?
Saat berusia 40 tahun, ada doa yang diajarkan Allah dalam Al-Qur'an untuk menjadi hamba yang berserah diri kepada Allah. Salah satu makna Shalat adalah peneguhan dan berkomitmen untuk pionir menjadi hamba yang berserah diri kepada Allah. Mengapa sulit menjadi hamba yang berserah diri?
Banyak yang menolak untuk berserah diri kepada Allah. Syetan merasa dirinya lebih baik, padahal dia mengakui Allah sebagai Tuhan. Para pembesar yang menentang Nabi dan Rasul, merasa lebih berkuasa, berharta, berpengaruh, memiliki pengikut yang banyak. Mengapa bergejolak merasa lebih hebat? Apa sulitnya berserah diri?
Diingatkan Al-Qur'an justru menyombongkan diri. Mengapa sulit menundukkan hati? Bodoh, lemah, tempatnya kesalahan. Hanya sebesar atom bila dibandingkan jagat raya. Saat sakit tak berdaya. Bila ada sesuatu terkecil dicabut dari raganya, tubuhnya sakit tak terkira. Mengapa tetap juga sulit berserah diri?
Yang dimiliki mudah hilang. Kekuasaan mudah dirampas. Mengapa tetap tak mudah menyerahkan diri? Banyak yang mengusik jiwa, hati dan akal untuk tak berserah diri. Apakah berserah diri itu kelemahan? Berserah diri itu justru kekuatan utama.
Jiwa itu lemah bila tak berserah diri. Hati itu lunglai bila tak berserah diri. Berserah diri berarti mengosongkan faktor kelemahan, kebodohan, dan kesalahan manusia lalu diisi oleh Allah dengan hikmah, pertolongan dan ragam kekuatan-Nya.
Lihatlah Kabah saat ini. Lihatlah kota Mekah saat ini. Itulah buah kepasrahan Nabi Ibrahim dan Ismail. Saat memasrahkan diri kepada Allah, disaat itu pula kekuatan mulai merasuk dan masa depan mulai terlihat indah.
0 komentar: