Perut, Prototype Teknologi Pengolahan Sampah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah conteklah perut. Proses dari mulut, usus hingga ke lambung. Bagaimana bisa, membawa sampah di lambung tetapi tidak berbau? Bagaimana agar tidak mencemari organ dalam tubuh yang lain?
Bisakah menyeleksi makanan dan minuman di titik awal? Mulut, lidah, bibir, ludah menjadi media penyeleksi. Rasa, aroma, bau dan kekerasan menjadi indikator apakah layak ke proses selanjutnya?
Bisakah makanan dan minuman yang lolos seleksi langsung diolah menjadi bagian terkecil dengan gigi seri sebagai pemotong dan guru geramam sebagai penghancur? Sehingga makanan sebesar apa pun menjadi kecil-kecil yang bisa melewati kerongkongan.
Makanan dimasukkan ke area pembakaran yaitu lambung. Jantung memberikan energi panas. Lambung memproduksi asam lambung untuk menghancurkan makanan yang sudah dihancurkan menjadi bubur. Makanan dan minuman diambil nutrisinya untuk memberikan energi pada tubuh. Bisakah pengolahan sampah menjadi media pengambilan pupuk organik cair?
Setelah nutrisinya diambil dan didistribusikan. Diproses ke bagian anus. Agak dikeringkan. Namun disekitar anus diberi lendir untuk mempelancar pengeluaran kotorannya. Bukankah ini teknologi pengelolaan sampah terbaik?
Pengolahan sampah menjadi Kompos mengikuti pola perut. Pengolahan sampah menjadi pupuk cair mengikuti pola pengolahan makanan di lambung. Sumber inspirasi teknologi itu sangat sederhana. Berada disekitar kita.
Bagaimana ragam ilmu dan teknologi di alam ini bisa membantu manusia? Biarkan alam yang bekerja untuk manusia. Jadilah hamba Allah. Bagaimana teknologi dan ilmu pengetahuan menjadi karya manusia yang memudahkan urusannya? Gunakan akal, penelitian dan riset. Hanya itu saja.
0 komentar: