Merusak Alam, Merusak Jiwa
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Liburan berpetualang ke Cigudeg Bogor Barat arah Banten. Untuk menghindari macet, melewati jalur alternatif melaui Ciampea pinggiran bukit kapur, munculnya langsung ke terminal Lewiliang. Ternyata menguak memoriku saat kuliah dulu. Melewati tempat pelatihan menembak tentara zaman dulu. Disitulah saya mendampingi anak baru yang ikut Ospek.
Dulu dari Ciampea ke arah lokasi pelatihan menembak bisa dikatakan tak ada rumah. Sekarang rumah berjejer sangat rapat. Pohon beringin tempat berteduh masih berdiri kokoh. Sungai tempat MCK para mahasiswa masih mengalir deras, namun batu-batuannya sudah tak terlihat lagi. Sudah terkubur oleh lumpur dan sampah.
Pemukiman semakin padat dan rapat. Tak ada lagi celah untuk menikmati pemandangan yang indah dan serasi. Keindahan tak diperlukan. Terpenting bisa hidup saja. Itulah sebab jiwa manusia tak indah lagi. Semakin keindahan alam lenyap, lenyap pula keindahan jiwa manusia.
Dulu, alam menjadi inspirasi kecerdasan spiritual. Keindahan alam membentuk kebijaksanaan dan kearifan dalam mengelola hidup dan prinsip dalam menyelesaikan masalah. Saat alam menjadi tujuan materialisme, maka alam tak bisa lagi menjadi guru peradaban.
Keserasian dan keseimbangan alam menjadi inspirasi bagaimana menyeimbangkan pengelolaan kehidupan hingga politik. Saat alam menjadi tujuan eksploitasi maka praktek bisnis hingga politik pun menjadi ajang eksploitasi. Apa yang didapatkan dari eksploitasi? Hanya perburuan rente, komisi, fee, dan jatah kekayaan. Itulah kelak mengapa Nabi Isa turun kembali ke bumi.
Perjalanan sepanjang jalan Lewiliang menuju Cigudeg, penuh dengan panorama perbukitan, sawah dan sungai menyatu. Berakhir di perkebunan sawit. Lalu menyusuri jalan berbatu di perbukitan. Dari atas bukit memandang ke bawah melihat hamparan sawah, sungai yang berkelok dan perbukitan lainnya. Apakah semuanya akan langgeng?
Dunia semakin rusak, mengapa manusia terus memburu yang rusak? Dunia semakin hancur oleh ulah manusia, mengapa manusia memburu yang hancur? Kenikmatan dunia itu hanya pada saat beribadah kepada Allah dan menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Selain itu kegersangan hidup.
0 komentar: