Memutar Kekayaan dalam Bisnis dengan Konsep Infak
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Kekayaan harus diputar. Itulah prinsipnya. Bila ada yang menganggur putarlah. Jangan khawatir rugi atau bangkrut. Namun tetap punya dana cadangan untuk berjaga-jaga. Keberanian untuk memutar kekayaan dibarengi dengan kewaspadaan.
Kekayaan Rasulullah saw ludes disedekahkan. 20% kas negara jatah Rasulullah saw diberikan seluruhnya untuk kaum muslimin. Mengapa istri Rasulullah saw tidak ada yang mempersoalkannya? Hanya ada satu kisah, para istri Rasulullah saw agak kurang harmonis soal belanja rumah tangga. Ludes untuk berinfak, keluarga tak protes? Hanya sekedar keimanankah?
Dalam sebuah kisah, Rasulullah saw memiliki stock cadangan makanan di rumahnya untuk satu tahun. Pasca perang Khaibar, Rasulullah saw memiliki kebun kurma seluas sebuah kota. Walaupun seluruh yang dimiliki diinfakan, namun soal kebutuhan dasar masih tetap terjaga.
Kaum Muhajirin meninggalkan seluruh kekayaannya di Mekkah. Tak ada kekayaan yang dimilikinya. Abu Bakar menginfakkan seluruh hartanya. Umar bin Khatab sebagian hartanya. Utsman bin Affan menginfakkan melebihi infak Abu Bakar dan Umar bin Khatab, namun itu baru sebagian kecil kekayaannya. Mengapa dibolehkan Rasulullah saw? Mental pebisnis sudah melekat. Mendapatkan kekayaan seperti membalikkan tangan.
Baru selesai shalat. Rasulullah saw tidak langsung berdzikir. Namun bergegas ke rumahnya. Ternyata ada emas yang belum diputar atau disalurkan. Memutar kekayaan adalah amanah Allah. Bila kekayaan berhenti berputar maka seperti air yang terdiam, bau dan berpenyakit.
Putarlah kekayaan dalam bisnis dengan konsep infak. Bila infak, bukankah tak mengharapkan kembali? Bila bersedekah, bukankah hanya mengharapkan ridha Allah? Bukankah ada konsep wakaf produktif? Mengapa tidak memutarkan kekayaan ke bisnis dengan konsep ini?
Yang terpenting, kelolalah dengan baik. Cara yang terbaik. Ikhtiar yang terbaik. Memahami takdir-Nya. Memohon petunjuk dan pertolongan-Nya. Bukankah harta itu bukan milik kita? Putarlah kekayaan dengan konsep infaq. Semuanya akan menjadi tabungan akhirat.
0 komentar: