Melimpahnya nikmat, Terhijab dari Kenikmatan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Nikmat yang tersembunyi itu lebih tak terhingga dibandingkan dengan nikmat kasat mata. Kepada yang beriman, bersujud, lambungnya jauh dari tempat tidurnya, berdoa, bertasbih, dan menginfakkan hartanya, Allah melimpah banyak nikmat yang tersembunyi yang tak terdeteksi oleh manusia.
Para ulama salaf banyak yang berkata bahwa bila para penguasa mengetahui nikmat yang dirasakan oleh mereka yang beribadah, pasti mereka ingin merampasnya. Mengapa penguasa hingga detik ini tak merampasnya? Karena ketidaktahuannya. Allah yang menyembunyikannya.
Dalam kisah dua pemilik kebun. Dalam kisah Qarun. Mengapa yang beriman tidak iri dan dengki dengan kekayaan para pemburu dunia? Mengapa hidupnya merasa lebih baik dari pemburu dunia yang terkaya? Pada sisi lain, para pemburu dunia yang kekayaannya lebih sedikit justru menginginkan kekayaan yang terkaya?
Melimpahnya kenikmatan tidak akan bisa dibaca dan dirasakan oleh para penguasa yang terkaya sekali pun. Berkuasa tetapi tak merasakan kenikmatan kekuasaan. Berharta namun tak bisa merasakan kenikmatan kekayaan. Allah menutupi dan menghalangi nikmat untuk bisa menikmati yang sudah digenggamnya. Bisa menikmati nikmat ternyata ada syaratnya.
Dengan kemiskinan yang sama, mengapa ada yang merasakan kenikmatan ada pula yang sengsara? Dengan kekayaan yang sama mengapa ada yang merasakan kenikmatan dan kesengsaraan? Mengapa yang tidak berharta justru lebih merasakan kenikmatan dibandingkan yang lebih banyak hartanya?
Tak semua nikmat bisa dirasakan sebagai kenikmatan. Ada yang dibuka rasa keindahannya. Ada pula yang tutupi oleh Allah. Ada kesengsaraan yang dirasakan nikmat pula oleh kalangan tertentu. Kenikmatan itu tak memiliki definisi dan kondisi tertentu. Tetapi soal, apakah Allah membuka hatinya sebagai kenikmatan?
Bukalah surat As Sajdah ayat 17. Allah menyediakan kenikmatan yang besar bagi yang beribadah yang tak diketahui dan dipahami oleh kebanyakan manusia. Allah melimpahkan banyak nikmat pada manusia, namun kebanyakan manusia terhijab, tertutupi, tak merasakannya sebagai nikmat. Padahal semua manusia diberikan nikmat yang sama.
0 komentar: