Awal Tragedi Kemanusiaan dari Kisah Nabi Adam
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Melihat pertikaian yang terekam di media, tak pernah ada hentinya. Sejak manusia diciptakan, kemelut pun dimulai. Berawal dari dialog tentang dijadikannya manusia sebagai khalifah di muka bumi. Setelah itu, syetan memproklamasikan permusuhannya dengan manusia.
Syetan mulai membisikan dan menggoda. Syetan mulai merancang tipu muslihat. Jiwa manusia mulai dihembuskan ragam rasa dan pemikiran. Disinilah pergolakan hati, jiwa dan akal dimulai. Fragmen Nabi Adam dan Siti Hawa ke bumi pun dimulai.
Liku-liku Nabi Adam dan Siti Hawa bertemu tak diceritakan oleh Al-Qur'an. Fragmen Habil dan Qabillah yang diangkat. Inilah pertikaian abadi yang terus mewarnai bumi. Dengki dan iri jadi awal pertikaian. Melawan perintah Allah menjadi penyebab semua tragedi dan pertikaian di muka bumi.
Apa yang terbesit di hati Qabil, maka itulah besitan awal sebuah pertikaian. Apa yang terbesit pada syetan itulah yang terbesit pada setiap tragedi. Titik awal tragedi sebenarnya sangat mudah untuk dihapus, namun manusia justru mengikuti besitan tersebut.
Takdir itu tidak adil. Hukum Allah itu tidak baik. Keinginan dan yang dipikirkan manusia lebih baik dari hukum dan takdir Allah. Itulah sebab awal pertikaian dan tragedi. Manusia terus ingin melawannya, namun tata kelola Allah yang sudah ditetapkan sebelum manusia diciptakanlah yang akan tetap terjadi.
Apakah bila semua keinginan dan cita-cita manusia terrealisasi, kebahagiaan akan terraih dan terpuaskan? Nabi Adam tinggal di Surga namun masih butuh teman Siti Hawa. Padahal 100% rahmat Allah sudah dinikmatinya, namun tetap ada yang kurang sehingga tergoda oleh syetan. Takdir-Nya adalah surga bagi manusia. Mengapa masih menuntut yang lain?
Manusia diciptakan bukan untuk menikmati kesenangan. Bukan hidup untuk kesenangan. Para ahli surga akan hampa dengan kesenangan surga. Para bidadari surga tak secantik wanita sholehah. Sebab yang diinginkan para ahli surga adalah pertemuan dengan Allah. Melihat wajah Allah. Bukankah kebahagiaan ini sudah diraih dengan beribadah kepada Allah di dunia Ini?
0 komentar: