Sadio Mane, Anak Imam Masjid yang Sukses Jadi Bintang Sepakbola
Jurnalis - Salman Mardira
PENYERANG Liverpool Sadio Mane bukan hanya jago mengolah bola dan mencetak gol, tapi juga terkenal religius. Sebagai Muslim, pemain international Senegal terkenal dermawan. Dia membangun masjid, sekolah, dan rumah sakit di negaranya.
Pemain sepakbola terbaik Afrika 2019 itu mengeluarkan uang tak sedikit. Untuk membangun sekolah saja, Mane dikabarkan merogoh kocek hingga 250 ribu poundsterling atau sekira Rp4,3 miliar.
Mane juga menyumbangkan sejumlah uangnya untuk membantu penanganan virus corona atau Covid-19.
Aksi sosial Mane tak lepas dari masa lalunya. Mane tak lahir di keluarga berada dan langsung meraih sukses. Dia berjuang keras untuk keluar dari kemiskinan dan mencapai mimpinya sebagai pesepakbola profesional.
Sejak kecil, Mane sudah mendapatkan pendidikan agama dari orangtuanya. Ayahnya merupakan imam masjid di Bambali, Senegal, tempat tinggal Mane.
Sadio Mane masa kecil
Mane kecil sempat ditentang oleh sang ayah menjadi pemain sepakbola karena dikhawatirkan akan lalai untuk beribadah. Tapi, Mane tetap ingin bermain bola sehingga orangtuanya mengumpulkan uang lalu memasukkannya ke Generation Foot, akademi sepakbola di Dakar, Senegal.
Ujian hidup Mane keras. Ia harus kehilangan ayahnya pada usia 7 tahun.
Mengutip dari The Guardian, saat itu ayah Mane sakit berbulan-bulan dan tak mendapatkan pertolongan karena minim sekali fasilitas kesehatan di daerahnya. Akhirnya pengobatan hanya mengandalkan obat tradisional. Tapi, takdir berkata lain, ayahnya meninggal.
Sebelum ayahnya meninggal, adik Mane lahir dari rahim sang ibu. Prosesi persalinan berlangsung di rumahnya, karena tak ada rumah sakit di daerah mereka.
Mane saat itu sangat ingin membantu ibunya, tapi usianya masih sangat muda dan belum ada pekerjaan. Mane tak menyerah, ia terus berlatih hingga jadi pemain top di negaranya.
Klub-klub Eropa mulai melirik Mane. Sempat bermain di klub Prancis dan Austria, Mane akhir tembus Liga Inggris, liga terbaik dan paling kompetitif di dunia. Bermain bersama Liverpool, Mane berhasil menjuarai Liga Champion 2019.
Kehidupan Mane berubah 180 derajat. Sebagai penyerang terbaik di klub, Mane dibayar Rp3,8 miliar per pekan. Hidupnya kini bergelimang finansial dan kemewahan. Tapi, ia tetap rendah hati, ingin membuktikan bahwa menjadi pesebakbola tak sampai membuatnya lupa diri dan mengabaikan ibadah.
Dia menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membangun kampung halaman, memberikan kemudahan ke orang-orang. Dia sudah cukup merasakan susah di masa lalu, berharap itu tak dialami orang lain.
“Saya ingin mendirikan rumah sakit untuk memberi harapan kepada orang-orang,” ujar Mane.
Mane juga memilih hidup sederhana dan tetap rajin beribadah. Dia bahkan tak segan membersihkan masjid, tak jemawa dengan statusnya sebagai bintang sepakbola
0 komentar: