Mimpi Terindah Dalam Hidupku
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Mengabadikan mimpi. Mimpi mukmin merupakan tanda kenabian. Banyak kisah mimpi para ulama yang diabadikan imam Ibnu Qayim Al-Jauzi dalam kitabnya Ar-Ruh. Seolah-olah mimpi menjadi perantara antara bumi dengan alam ruh.
Salah satu tafsir mimpi terbaik di kalangan Sahabat adalah Abu Bakar. Saat Rasulullah saw mengutarakan mimpinya tentang tangga Rasulullah saw lebih tinggi 2,5 tangga dengan Rasulullah saw, maka Abu Bakar menafsirkan bahwa kematian dirinya setelah 2,5 tahun pasca wafatnya Rasulullah saw.
Para istri Rasulullah saw, sudah tahu bahwa mereka akan diperistri oleh Rasulullah saw. Mereka bermimpi yang luar biasa sebelum dilamar dan dinikahi Rasulullah saw. Alam mimpi seperti sebuah jendela yang membuka sesuatu.
Banyak firasat kelahiran orang besar yang diambil dari mimpi. Seperti kelahiran Umar bin Abdul Aziz yang dijuluki Khalifatur Rasyid di era Nabi Umayyah. Mimpi tak selamanya benar. Namun ada mimpi yang pasti benar yaitu bertemu dengan Rasulullah saw. Bagaimana bertemu Rasulullah saw walaupun di dalam mimpi? Untuk melepaskan rindu kepada beliau?
Semalam saya bermimpi, berkumpul dengan para guru ngajiku yang sudah wafat. Dalam mimpi, saya mendengar sayup-sayup majlis ilmu yang membahas sebuah kitab. Kitab itu berbahasa Arab, tapi entah kenapa seolah-olah saya memahaminya. Setiap kitab itu dibacakan saya menangis tersedu-sedu.
Saat tengah menangis, seorang guru ngajiku mengajak ku bergabung. Aku mengikuti beliau dalam sebuah majlis yang melingkar. Semuanya berpakaian putih. Ku mendengarkan kajian kitab sambil terus menangis. Tiba-tiba salah seorang dari mereka yang merupakan guru ngajiku menegurku, "Mengapa kamu bisa kumpul di majlis ini?" Aku pun terdiam tak tahu.
Salah seorang guru ngajiku berkata, "Karena engkau pernah membantu mengajar ngaji dari salah satu dari ustadz yang ada disini." Dalam majlis tersebut dikatakan bahwa Umar bin Khatab pun ada dalam lingkaran majlis tersebut. Inilah mimpi paling indah selama hidupku.
0 komentar: