Andalusia dan Ibnu Khaldun bagi Dunia
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Di usia 50 tahun, Ibnu Khaldun meninggalkan seluruh aktifitas politiknya. Dia memilih jalan seperti Imam Al-Ghazali, menyendiri dan berkhalwat. Walaupun dia ditawari jabatan strategi oleh kaisar Timur Lenk.
Dalam berkhalwatnya, Ibnu Khaldun menelurkan karya fenomenal yaitu kitab Muqadimah, dia pun dijuluki sebagai bapak Sosiologi dunia oleh para cendikiawan. Bagaimana dia meramu keilmuannya?
Seperti perang Uhud, kegetiran perang ini menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Perang yang diabadikan dalam Al-Qur'an untuk mengikis habis, menjelaskan fenomena proses kehancuran gerakan dakwah, masyarakat, bangsa dan negara. Perang uhud sangat penting, sebab sebagian besar sering melupakan faktor-faktor kehancurannya.
Ada 4 momentum tragedi sejarah bagi umat Islam. Yaitu perang Salib, kehancuran Andalusia, serbuan bangsa Mongol dan runtuhnya Turki Utsmani. Setiap tragedi memunculkan tokoh sejarah. Namun hingga hari ini, kehancuran Andalusia belum terobati.
Perang Salib terobati dengan munculnya Imam Al-Ghazali, Syeikh Abdul Qadir Jaelani, Nurudin Zanky dan Shalahuddin Al-Ayubi. Serbuan Mongol terobati dengan munculnya Syeikh Izzudin Abdulsalam, Saifuddin Qhutuz, berbondong bangsa Mongol menjadi muslim dan menyebarnya islam ke Asia Tengah dan Selatan. Bagaimana dengan kehancuran Andalusia?
Sejarah kehancuran Andalusia melahirkan mercusuar ilmu pengetahuan. Siapakah yang meramunya? Dari Andalusia melahirkan ilmuwan seperti Aguste Comte, Adam Smith dan ragam ilmuwan ekonomi, sosial dan kebudayaan lainnya. Siapa yang berhasil mentransformasikan dan merekam semua ini?
Dalam khalwatnya, Ibnu Khaldun merekam jatuh bangunnya sebuah bangsa, kondisi ekonomi, teknologi, sosial dan budaya. Sejarah Andalusia direkam oleh Ibnu Khaldun. Sejarah direkayasa menjadi filosofi sejarah. Filosofi sejarahnya ini ditularkan kepada dunia melalui kitab Muqadimahnya. Dari kitab ini lahirlah para ilmuwan dunia lainnya.
0 komentar: