Ujian Itu Bernama Manusia
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Istri ujian bagi suami. Suami ujian bagi istri. Orang tua ujian bagi anaknya. Anak ujian bagi orang tuanya. Sesama anak, ujian bagi sebagian yang lainnya. Manusia merupakan ujian bagi manusia lainnya.
Mengapa manusia berbagai jenis karakter? Ada yang muslim, mukmin, pendosa, kafir, zalim, dan munafik. Mengapa dunia dipenuhi ragam agama, keyakinan dan pemikiran? Ragam suku bangsa? Semuanya ujian bagi sebagian yang lainnya.
Nabi Adam menghadapi ujian Siti Hawa yang tergoda dengan bisikan syetan. Juga menghadapi ujian anaknya yaitu Hasil dan Qabil. Nabi Nuh dan Luth pun sama. Ujiannya bukan saja umatnya tetapi juga keluarga terdekatnya yang tidak mengikuti jejak risalahnya.
Nabi Ibrahim, hingga usia senja, tak juga memiliki putra. Begitupun dengan Nabi Zakaria. Hingga akhirnya, Allah mengutus malaikat Jibril untuk menginformasikan tentang kehadiran anak untuk mereka. Perhatikan doa Nabi Ibrahim dan Zakaria, mereka memanjatkan doa yang sama.
Perhatikan doa-doa Nabi Ibrahim. Hampir seluruhnya doanya berkaitan soal putra dan keturunannya. Harapan terhadap putra dan keturunannya. Juga doa keberkahan bagi tanah yang menjadi tempat tinggal keturunannya.
Iraq, Syam, Mesir dan Hijaz, itulah empat negri yang dijelajahi oleh Nabi Ibrahim. Empat negri ini menjadi barometer kejayaan dan kemunduran peradaban dunia. Dunia ini akan Kiamat saat Kabah, di Mekah Hijaz, dihancurkan oleh seseorang yang berasal dari Habasyah. Baitul Maqdis di Palestina menjadi tolak ukur kemanusiaannya manusia di kolong jagat ini.
Nabi Yakub menghadapi persoalan munculnya kedengkian di hati anak-anaknya. Nabi Ayub menghadapi ujian dengan kematian putra-putrinya. Rumah dan keluarga adalah wahana ujian Allah yang terdekat. Tuntaskan dengan metode Nabi Adam, "Ya Allah, sesungguhnya saya telah menzalimi diri sendiri." Bukan metode Syetan yang berkata, "Saya lebih baik dari kalian."
0 komentar: