Penyakit Pohon Menggambarkan Pengelolaan Tanah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Menanam Alpukat tanpa pengalaman. Tanahnya berbukit dan ditumbuhi ilalang. Tumbuhan yang ada mengindikasikan tak subur bermunculan. Sudah bertahun-tahun tak diolah. Bagaimana mengembalikan kesuburannya? Bagaimana mengolah tanahnya?
Pemilik tanah disekitarnya ada yang bercerita. Sudah menggunakan pupuk kandang hingga berpuluh juta harganya. Hampir seluruh kandang kambing di kampung tersebut diambil kotorannya. Namun pohon yang ditanam tak tumbuh dengan baik.
Ada juga yang bertani dengan menggunakan bahan kimiawi. Pohonnya tumbuh cukup bagus. Namun berapa biayanya bila tanah yang diolahnya sangat luas? Tak ada tanaman lain yang ditanam, tak ada tumpang sari, secara jangka panjang akan merugikan dari kesehatan tanah maupun keuangan. Organik gagal, non organik kurang baik dalam jangka panjang, sebuah pilihan yang harus diambil.
Allah menghijaukan tanah yang gersang. Allah mengeluarkan buah-buahan dengan air hujan. Dengan prinsip ini langkah itu dimulai. Kisah pemilik kebun dan suasana kebun di surga dalam Al-Qur'an tentang gambaran sungai yang mengalir di bawahnya menjadi dasar keberanian mulai menggeluti pertanian.
Menampung air hujan di tanah yang berbukit, bagaimana bisa? Dibuatlah terasering. Saat pohon ditanam, 80 persennya mati. Daunnya menguning lalu layu. Tak ada daun muda yang tumbuh. Batangnya terkena jamur, karat dan kanker batang. Banyak sejenis kumbang yang memakan kulit pohonnya. Apa penyebabnya?
Air hujan sudah ditampung. Pupuk organik sudah diberikan. Banyak yang memberikan solusi kimiawi untuk menyelesaikannya. Semuanya diabaikan. Ternyata ada satu prinsip yang belum dilakukan yaitu air yang mengalir. Saat kedua prinsip dipadukan, 100 persen bibit Alpukat semuanya tumbuh baik.
Solusinya penyakit tanaman berawal dari pengelolaan tanah. Penyakit hanya menunjukkan ada pengelolaan tanah yang salah. Setelah itu, barulah memikirkan pengendalian hama, dan ekologi lainnya.
0 komentar: