Bergunakah Keberpihakan pada Diri?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)
Tak mendapatkan pertolongan Allah, itulah penyebab kesulitan hidup di bidang kehidupan apa pun. Bukan kurang ilmu, pengalaman dan modal. Bukan kurang ikhtiar dan kekuatan Bukan kekurang orang dan sumber daya.
Apa penyebab Allah ridha? Bagaimana proses meraih keridhaan Allah? Itulah yang menjadi titik sentral pengelolaan hati, pemikiran, ikhtiar, manajemen dan kepemimpinan. Jangan ada keberpihakan pada diri.
Apakah berguna keberpihakan pada diri? Apakah mementingkan kesenangan diri itu bermanfaat? Yang ada di kolong dunia, pada akhirnya tak berguna. Yang dikejar, diburu dan dituju dari dunia, pada akhirnya tak sedikit pun bermanfaat.
Banyak kerajaan yang roboh dan tak ada lagi jejaknya. Banyak bisnis yang tak diketahui rimbanya. Padahal dahulu diperjuangkan dengan darah, kehormatan dan air mata. Dimana Yunani, Romawi dan Persia? Dimana para kaisar, raja, sultan, para pembesar dan keturunannya? Padahal dahulu diperjuangkan dan dibangun dengan seluruh tumpah darah, raga dan jiwa.
Dunia itu sementara, maka semua yang ada bersifat sementara juga. Kemana perginya mereka yang dahulu hiruk pikuk dan centang perenang di riuh rendah perpolitikan? Kemana perginya mereka yang dahulu memadati dan menenuhi ruang pemberitaan? Kemana perginya yang dahulu saling berdebat seru? Semuanya digantikan dengan yang baru. Yang baru pun akan pergi sesuai waktu yang ditentukan Allah.
Allah yang Qadim dan Mutaakhir. Hanya Dia yang terus bersemayam di Kursi Arsy-Nya. Semuanya kembali kepada-Nya. Mengapa belum juga dijadikan ridha Allah sebagai tujuan seluruh tumpah darah, raga, jiwa dan pemikiran? Manusia tak bisa membalas. Hanya Allah yang bisa memberikan balasan, ganjaran dan pahala.
Umat bin Khatab menangis. Abdurrahman bin Khauf menangis. Saat Allah membuka pintu kekuasaan dan kekayaan yang berlimpah ruah. Khawatir tak ada lagi balasan dari sisi Allah di akhirat nanti. Mengapa kita justru mengejar, memburu dan berambisi? Mengapa kita justru bergembira, saling menjatuhkan, saling mengejek? Untuk sesuatu yang mereka tangisi?
0 komentar: