Tawakal Melebihi Optimisme
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Berserah diri pada Allah, lebih kuat dari optimisme. Optimisme banyak landasannya. Setiap orang bisa menciptakan dan memformulasikannya. Namun berserah diri pada Allah hanya dimiliki oleh mukmin.
Optimisme bisa lahir dari akal, pengetahuan, ilmu dan sarana penopang lainnya. Namun berserah diri pada Allah hanya lahir dari iman. Optimisme lahir karena masih melihat peluang, berserah diri pada Allah atau tawakal tak butuh melihat peluang untuk bergerak. Tawakal terlahir karena Allah Maha Pencipta kejadian.
Saat Nabi Musa tersudut di laut. Pengikutnya merasa akan terkejar oleh pasukan Firaun. Namun Nabi Musa berkata tidak. Saat Rasulullah saw dan Abu Bakar di gua Hira. Abu Bakar berkata bahwa seandainya kafirin menengok ke bawah maka akan terlihat. Namun Rasulullah saw bersabda bahwa Allah bersamanya. Berserah diri pada Allah ternyata lebih kuat menimbulkan ketentraman, kenyamanan dan keyakinan daripada optimisme.
Optimisme hanya bersumber akan keyakinan kemenangan dan keberhasilan. Targetnya adalah menang. Berserah diri pada Allah tak pernah memperdulikan kemenangan atau kekalahan. Karena targetnya, hanya keyakinan yang tak tergoyahkan pada Allah apa pun hasilnya. Optimisme berpondasi pada kemenangan. Berserah diri pada Allah berpondasi pada Dzat-Nya. Mana capaian yang tertinggi?
Perang Badar adalah pertarungan antara optimisme dan berserah diri kepada Allah. Kafirin optimis karena ditopang oleh seluruh kekuatan. Mukminin menghadapi lawan yang tak terduga dengan minimalis persiapan hanya bermodal pengaduan dan munajat pada Allah. Semua pertempuran kaum mukminin dimenangkan karena penyerahan diri kepada Allah.
Perang Hunian mukminin mengandalkan optimisme karena berjumlah sangat besar dan persenjataan yang cukup lengkap. Namun apa yang terjadi? Mukminin hampir terkalahkan bila tidak ada ahli Badar. Modal Mukminin hanya Allah semata. Dengan bertawakal, Allah akan mengkreasikan peristiwa untuk menopang mukminin.
0 komentar: