Sejarah Islam di China Berkembang Pesat Sejak Abad ke-7, Sebelum Komunis Berkuasa
KOMPAS.com - Muslim Uighur, lebih dari 1 juta ditahan di pusat-pusat penahanan di provinsi paling barat Xinjiang, China.
Para pemimpin dan pakar tentang Uighur yang berada di luar China telah memperingatkan bahwa situasinya dapat memburuk, hingga PBB telah mencurigai praktik genosida terhadap Muslim Uighur.
Mengapa Muslim di sana tidak mendapatkan keadilan? Bagaimanakah sejarah Islam di China berkembang?
Sejarah Islam di China sebenarnya sudah sangat lama, sejak abad ke-7 melalui utusan dari Timur Tengah yang menemui Kaisar Gaozong dari Dinasti Tang, seperti yang dilansir dari The Conversation pada 2019.
Data pada 2019 menyebutkan setidaknya ada 1,6 persen dari total populasi di China atau sekitar 22 juta orang adalah Muslim.
Tak lama setelah kunjungan dari Timur Tengah, masjid pertama dibangun di selatan pelabuhan pedagangan Guangzhou untuk orang Arab dan Persia yang berkeliling Saumdera Hindia dan Laut China Selatan.
Selama masa ini, para pedagang Muslim banyak singgah di pelabuhan-pelabuhan China dan di pos-pos perdagangan Jalur Sutra.
Namun, mereka hidup terpisah dari mayoritas Cina Han selama 5 abad.
Situasinya berubah pada abad ke-13 di bawah Dinasti Yuan Mongol, ketika umat Islam datang ke China dalam jumlah besar, yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk melayani sebagai administrator bagi penguasa baru yang merupakan keturunan Ghengis Khan, pendiri kekaisaran Mongol.
Bangsa Mongol memiliki sedikit pengalaman dalam menjalankan birokrasi kekaisaran China dan meminta bantuan Muslim dari kota-kota penting Jalur Sutra, seperti Bukhara dan Samarkand di Asia Tengah.
Mereka merekrut dan secara terpaksa merelokasi ratusan hingga ribuan orang Asia Tengah dan Persia untuk membantu mereka mengatur kerajaan yang sedang berkembang di isatana Yuan.
Pada zaman itu, sebagian pejabat memboyong serta istri mereka dari negara asal dan sebagian lainnya melakukan pernikahan antarbudaya dengan warga setempat.
Setelah Ghengis Khan menaklukkan sebagian besar Eurasia pada abad ke-12, ahli warisnya menguasai berbagai bagian benua, yang mengarah ke periode kedamaian dan kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini memungkinkan budaya, barang, serta ide berkembang dan dapat dipertukarkan dengan lebih luas. Sehingga, tradisi budaya China dan dunia Muslim bersatu dengan cara baru pada zaman itu.
Sekitar 300 tahun berikutnya, selama Dinasti Ming, Muslim masih terus memiliki pengaruh dalam pemerintahan China.
Salah satu tokoh dunia bersejarah yang kemudian muncul pada zaman itu adalah Zheng He atau Cheng Ho, laksamana Muslim yang memimpin armada China dalam perjalanan untuk menjelajah dan menjalin hubungan diplomatik, di sekitar Asia Tenggara dan Samudra Hindia.
Pada abad ke-18, di bawah Dinasti Qing, yang berlangsung dari 1644 hingga 1911, hubungan antara Muslim dan negara di China mulai berubah.
Periode ini mulai terjadi beberapa bentrokan kekerasan antara pemerintah China yang berkuasa dengan Muslim, ketika negara mencoba mengontrol langsung wilayah tempat mayoritas Muslim tinggal.
Bentrokan dalam banyak kesempatan terjadi menandai periode pertumbuhan populasi Muslim dan perluasan wilayah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pada 1949, akhirnya Republik Rakyat China terbentuk, yang diketuai oleh Mao Zedong, komunis revolusioner.
Ahli etnografi dan antropolog membagi orang-orang yang tinggal di dalam perbatasan negara baru menjadi 56 kelompok etnis berdasarkan kriteria yang relatif ambigu, seperti bahasa, wilayah, sejarah, dan tradisi yang sama.
Dari pembagian kelompok tersebut, ada 10 kelompok yang sekarang diakui sebagai minoritas Muslim.
Berdasarkan urutan banyaknya populasi, 10 kelompok tersebut, yaitu Hui, Uighur, Kazakh, Dongxiang, Kyrgyz, Salar, Tajik, Uzbek, Bonan, dan terakhir Tatar, yang saat ini berjumlah sekitar 5.000.
Pada tahun-tahun pertama setelah berdirinya Republik Rakyat China, umat Islam relatif masih menikmati kebebasan beragama.
Namun setelah gerakan Revolusi Kebudayaan semakin kuat, antara 1966 hingga 1969, hak Muslim semakin dirampas.
Masjid-masjid dirusak, salinan Alquran dihancurkan, Muslim dilarang pergi menunaikan ibadah haji, dan ekspresi semua keyakinan agama dilarang oleh Pengawal Merah (Communist Red Guards).
Setelah kematian Mao Zedong pada 1976, Komunis mengadopsi kebijakan yang lebih santai terhadap komunitas Muslim.
Namun, tensi terhadap Muslim telah meningkat kembali sejak terjadinya tragedi 9/11 pada 2001.
Situasi panas mencapai titik didih pada 2009, ketika terjadi kerusuhan etnis antara Uighur dan Han China di seluruh provinsi Xinjiang.
Sejak itu, negara China perlahan dan diam-diam meningkatkan pembatasan terhadap pergerakan dan budaya dari Uighur serta kelompok minoritas Muslim lainnya.
Lalu, secara konsisten situasi terhadap Muslim semakin buruk di China, seperti penahanan tidak sah terhadap Muslim yang tinggal di wilayah Uighur di China barat.
Kampanye yang dimulai dengan Uighur sekarang diperluas ke Kazakh dan lainnya. Disebutkan oleh The Conversation bahwa banyak bukti bahwa etnis Hui juga menghadapi penindasan hak yang semakin meningkat.
https://internasional.kompas.com/read/2021/04/20/185915070/sejarah-islam-di-china-berkembang-pesat-sejak-abad-ke-7-sebelum?page=all
0 komentar: