Kezaliman Dibiarkan?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Para Nabi tetap tenang dan bahagia dalam menghadapi kejadian apapun, karena mereka bertawakal kepada Allah. Saat hidup misinya hanya untuk Allah dan bersama Allah, hidup dan mati sama saja. Semua kondisi sama saja.
Nabi Hud mempersilahkan kaumnya untuk membuat makar jahat dan tipu daya pada dirinya. Nabi Hud menantang agar kaumnya segera melaksanakan makar tersebut. Kekuatan Nabi Hud hanya bertawakal kepada Allah saja.
Semua makar jahat akan kembali kepada yang merencanakannya. Semua makar jahat akan digagalkan oleh Allah. Itulah takdir Allah yang final tertulis di Lauhul Mahfudz. Yang baik dan bermanfaat akan terus terjaga. Yang merusak akan dilenyapkan Allah.
Namrudz tak pernah mengira Nabi Ibrahim bisa selamat dari kepungan kobaran api. Firaun tak pernah mengira, Nabi Musa yang terjepit di tepian pantai dapat selamat. Jalut yang gagah perkasa tak pernah mengira, Daud kecil dapat mengalahkannya.
Pemilik kebun tak pernah mengira, hasil panen yang akan dipetiknya pada pagi hari ternyata hancur lebur, padahal malamnya masih ada dan melimpah. Padahal kebun-kebunnya sudah dipagar dan dijaga agar orang fakir miskin tak tahu bahwa besok kebun itu akan dipanen.
Semua makar jahat terhadap kebenaran, diawalnya terlihat sukses, terkendali, tak ada yang bisa menghalangi dan membendungnya. Seolah semua kejadian dalam rekayasanya. Para pembelanya bersiap-siap berpesta dan bersorak sorai. Kesombongan dan kebanggaan keberhasilan bergelora seolah semua dalam genggamannya, sesuai rencananya. Mengapa begitu?
Untuk menghancurkan sesuatu, lemparkan benda ke atas. Semakin ke atas dan tinggi, saat jatuh akan hancur berkeping-keping. Kelengahan terjadi saat semuanya sudah dipastikan dibawah kontrol kekuasaannya. Dibiarkan seluruh sumber dayanya totalitas habis dikerahkan, setelah itu barulah dihancurkan oleh Allah sehingga tak ada kekuatan yang tersisa lagi. Ini kepedihan yang menyakitkan.
0 komentar: