Dua Takdir Kekafiran, Mana Yang Dipilih?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Jalan kekafiran bagaimana liku-likunya? Bagaimana pergolakannya? Apa yang ditemuinya? Apa hasilnya di dunia? Perjalanan ini adalah perjalanan abadi yang ditakdirkan bagi mereka yang menempuh jalan kekafiran.
Jalan kekafiran, bagaimana suasana jiwanya? Bagaimana gegap gempita perasaannya? Apa yang bergolak di lubuk hatinya? Inilah suasana kejiwaan bagi mereka yang memilih menempuh jalan kekafiran dan kezaliman.
Al-Qur'an menggambarkan dua jenis perjalanannya. Jalan yang datar, namun gersang dan terik. Nun jauh di sana ada gemerlap air, ternyata hanya fatamorgana saja. Setelah tiba di tujuan, ternyata hanya pasir juga. Haus, kepanasan dan kelelahan, hanya itu yang didapatkan. Obsesinya diraih, namun ternyata hanya pasir yang gersang dan panas.
Langkahnya terus mencari air untuk menghilangkan panas, haus dan lelah. Saat mencapai tujuan ternyata bukan air, hanya pasir semata. Teruskan perjalanannya, namun yang diraihnya seperti itu terus. Tak air air. Tak ada tempat berteduh. Tak ada tempat dan waktu untuk beristirahat dan memulihkan tenaga.
Hidup di tengah lautan dalam. Penuh kegelapan. Gelombang demi gelombang terus menerjang. Awan hitam menyelimutinya. Tangannya pun tak terlihat. Itulah kegelapan yang berlapis-lapis. Tak ada cahaya yang terlihat.
Apa yang dirasakan dalam suasana kegelapan yang penuh gelombang di lautan dalam? Tak ada jalan keluar. Tak ada harapan lagi. Tak ada sedikit cahaya yang bisa menolongnya. Hidup penuh penderitaan tanpa tahu akhirnya. Apa yang terjadi? Hanya putus asa.
Mana yang dipilih, menempuh perjalanan tanpa henti dengan kondisi kelelahan, kepanasan dan kegersangan untuk meraih obsesi. Saat sampai ditempuh yang dituju, ternyata hanya kehampaan. Ataukah, hidup dalam hempasan gelombang yang gelap tanpa tahu akhirnya? Itulah dua pilihan perjalanan hidup yang menjadi takdir perjalanan yang kafir dan zalim.
0 komentar: