Belajar Bertani dari Para Nabi dan Ulama
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Bertani mendapat tempat khusus dalam Al-Qur'an. Ada beberapa kisah yang tersebar dalam Al-Qur'an tentang pemilik kebun. Bagaimana pemilik kebun dianugerahi kebun yang subur? Bagaimana ragam tanaman yang ditanaminya? Bagaimana tata kelola lahan dan konturnya? Semua dijelaskan dalam Al-Qur'an.
Kisah Nabi Hud dikaitkan dengan pertanian. Apa yang diharapkan oleh petani? Dijelaskan pula dalam Al-Qur'an. Saat Nabi Hud menyerukan soal aqidah, juga menghubukan sebuah amal dengan pertanian.
Nabi Hud berkata, "Wahai kau ku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu." Istighfar dan taubat jadi sebab kesuburan tanah.
Bapak manusia kedua, Nabi Nuh, juga mengkaitkan spiritual dengan pertanian. Nabi Nuh berkata, "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, mengadakan kebun-kebun untukmu, mengadakan sungai-sungai untukmu."
Dalam Riyadus Shalihin, imam Nawawi, merekam sebuah kisah dari Rasulullah saw, bagaimana sedekah 33%, konsumsi 33%, diinvestasi kembali 33%, dari hasil pertanian membuat awan beriringan menuju lahan pertanian yang dikelola dengan cara tersebut.
KH Hasyim Ashari dan ulama dari Aceh mengajarkan cara bertani. Mandi, berwudhu, menghadap kiblat dan bershalawat saat bertani. Terutama saat menanam benih. Praktek ini membuat tanamannya subur dan panennya melimpah.
Bertani bukan soal ilmu pertanian, pengolahan tanah, dan ilmu tumbuhan. Namun faktor spiritual yang diajarkan para Nabi dan ulama justru menjadi yang utama. Karena faktor utama pertanian adalah makhluk Allah, air, tanah, udara dan cahaya.
0 komentar: