Tasawuf, Penjaga Nusantara
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Dalam kehancuran apa yang bisa dilakukan? Sultan Riau terjepit dan terkepung oleh serangan Belanda di Teluk Ketapang Malaka. Para pembantunya melarangnya untuk melawan. Namun dengan berbekal Badik-keris Bugis di tangan kanan, dan kitab Dalailul Khairat karangan Syekh Ahmad Khathib Sambasi-Mursyid Tarekah Naqsabandiyah yang memuat salawat kepada Rasulullah saw ditangan kirinya, maju sendirian menghadapi terjangan peluru dan meriam Belanda. Ketakutan hilang, yang ada hanya keberanian.
Mengapa Aceh bisa melawan Belanda dari generasi ke generasi? Mengapa politik pembunuhan massal dan sapu bersih tidak bisa menghapuskan perjuangan rakyat Aceh? Ketika Sultan bisa ditundukan, ketika Ulama sudah dibunuh, ketika Cut Nyak Dien sudah ditangkap, namun perlawanan rakyat Aceh secara sporadis tetap muncul? Hingga akhirnya Belanda terjepit oleh Perang Asia Timur Raya? Nafas perjuangan tak pernah berhenti, darimana mereka mendapatkan energi?
Sultan Iskandar Istani Aceh, memerintahkan Syekh Nurudin Raniri membangun basis Tasawuf sesuai Sunnah Rasulullah saw. Mengisi perpustakaan kesultanan, mengajar ulama hingga ke surau-surau dengan ajaran Tasawufnya. Kitabnya yang terkenal berjudul Shirathal Mustaqim. Ajaran inilah yang menghidupkan jiwa rakyat Aceh. Menghidupkan jiwa dengan Tauhid. Menghidupkan jiwa yang hanya takut kepada Allah. Adakah yang mampu menghalangi ketika jiwanya sudah dipenuhi Iman? Kekuatan Belanda menjadi remeh, walau ditopang oleh seluruh kekuatan dunia.
Sultan Ageng Tritayasa Banten, begitu kokoh menghadapi Belanda. Darimana kekokohan jiwanya? Disampingnya ada Syekh Yusuf, ahli Tasawuf Tariqah Khalwatiyah dari Makassar yang mendapatkan gelar Tajul Khalwati. Ajaran Tasawuf telah memberikan energi jiwa bagi para Sultan untuk menghadapi musuh yang paling kuat sekalipun. Begitu juga dengan Pangeran Diponegoro, salah satu gurunya adalah ahli Tasawuf dari Babelan Purworejo.
Ketika Kemenangan Belanda menyingkirkan kekuasaan dari umat Islam. Ketika Tanam Paksa Belanda menyingkirkan umat dari ekonomi, memiskinkan dan menghancurkan seluruh kekuatan ekonomi umat Islam. Apa yang membuat umat Islam bertahan? Lalu menyuarakan perang kemerdekaan dalam kondisi yang parah? Yang masih hidup hanya iman kepada Allah. Yang masih hidup rasa harap dan hanya takut kepada Allah. Itulah inti Tasawuf.
Dalam kondisi kemiskinan dan penderitaan yang berat, Haji Wasjid dan Tubagus Ismail melakukan perlawanan di Banten tahun 1888M. Siapakah mereka? Mereka adalah penganut ajaran Sufi Qadiriyah Naqsabandiyah. Perlawanan kepada penjajah oleh para pengikut Tarekat tidak saja terjadi di Indonesia, tetapi juga hampir diseluruh dunia. Bagaimana mereka membangun semangat juangnya?
Perang menurut teori Carl von Clausewitz, memerlukan energi kemauan yang tiada henti, keteguhan mental dan karakter yang teguh. Perang juga bukan bicara tentang kekuatan yang perkasa yang mampu menghancurkan kekuatan yang lemah, tetapi membangun bangkitnya kekuatan yang lemah bereaksi melawan. Pertanyaannya, darimana energi semua kekuatan ini?
Tarekat sepertinya hanya terlihat sebuah kegiatan berdzikir, namun sebenarnya sebuah proses pembersihan hati. Padahal didalamnya terdapat pelatihan disiplin dan berorganisasi.
Dzikir membuahkan hati yang bersih bersih, maka akan hiduplah jiwa. Semakin dekatlah kepada Allah. Semakin cintalah dan merindukan Allah. Seperti kata Imam Hasan Al Banna dalam Risalah Pergerakannya bahwa kebangkitan dimulai dari hati yang hidup, jiwa yang bersih. Itulah yang bisa menghidupkan semua kebaikan yang ada pada tubuh umat.
Imam Hasan Al Banna pun menjadikan Thariqah Suniah sebagai basis pemikiran dan pembinaan untuk menghidupkan jiwa umat yang lemah. Dari hati yang hiduplah, semua kekuatan umat akan bangkit menghiasi peradaban dunia. Inilah energi terbesar yang harus dihidupkan. 350 tahun menghadapi kekuatan besar dengan menghidupkan hati. Maka masa depan umat ini pun bisa cemerlang dengan menghidupkan hati juga. Itulah nilai-nilai Tasawuf yang telah menjaga negri ini.
0 komentar: