Mindset Dunia, Mindset Akhirat
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Saat manusia yang paling sengsara di muka bumi dicelupkan sebentar saja ke Surga, penderitaan yang super sengsara tak terasa lagi. Saat manusia yang terkaya dan tersenang di dunia dicelupkan sebentar saja ke neraka, seluruh kesenangannya menjadi tak terasa lagi. Adakah kesenangan dan penderitaan, bagi yang berorientasi pada akhirat?
Dunia itu bagaimana bangkai kambing yang cacat, yang telinganya kecil, di tempat sampah pasar. Adakah yang mau mendekat ke tempat sampah pasar? Lalu mengambil bangkai yang telah membusuk? Yang berorientasi pada akhirat, melihat dunia seperti ini. Yang berorientasi pada dunia, bangkai membusuk terlihat daging segar yang memerah.
Kaca mata dunia. Kaca mata akhirat. Mindset dunia. Mindset akhirat. Perbedaan kaca mata dan mindset akan menghasilkan perbedaan dalam menjalani kehidupan ini. Takdir Allah telah menetapkan bahwa mereka yang tak beriman pada akhirat akan terlihat baik perbuatan buruk, terasa indah seluruh kehancuran, kerusakan, kezaliman dan kemaksiatan.
Celupkan jari ke lautan. Air yang menempel di jari, itulah keseluruhan kesenangan dunia sejak bumi diciptakan hingga kiamat tiba. Manusia berebutan, bersaing, bertengkar, berkelahi dan berperang hanya untuk kesenangan sebesar butiran air di tangan. Namun, membuang kebahagiaan akhirat sebanyak air di lautan.
Hidup manusia hanya sebentar saja, ukurannya ada yang berkata 10 hari, sehari dan setengah hari saja. Manusia itu sangat lemah, namun Allah Maha Luas Rahmat-Nya. Diciptakan kehidupan dunia hanya sebentar. Namun memberikan balasaan yang Maha Luas di akhirat kelak. Yang memiliki hati. Yang memiliki akal. Bagaimana cara mengelola kehidupan bila memahami hal ini?
Buang sampah dunia untuk menghidupkan pohon-pohon akhirat. Terjun ke dalam lautan yang penuh dengan keindahan di dasarnya. Lautan terlihat penuh ombak dan angin di permukaannya. Namun di dalamnya tenang, indah dan penuh dengan kekayaan yang tersimpan.
Mengapa manusia berebutan butiran air yang di jari? Cukupkah butiran air tersebut memenuhi kebutuhannya, kesenangannya, keinginannya, ambisinya? Andaikan manusia diberikan kunci perbendaharaan langit dan bumi, keinginan manusia tidak akan terpuaskan. Mengapa justru berseteru hanya untuk butiran air di jari?
0 komentar: