Militer di Jaman Rasulullah
Hidayatullah.com–Jauh sebelum Pentagon menemukan MOUT, kepanjangan dari Military Operation on Urban Terrain atau suatu taktik perang militer baru yang diciptakan oleh Pentagon untuk mewaspadai perubahan sifat pertempuran yang tidak lagi berkutat di sekitar hutan belantara ataupun padang pasir, namun peperangan pada lingkungan urban, Islam telah mengenal taktik dalam peperangan.
Sebab, militer dalam Islam, adalah salah satu bagian dari mempertahankan dakwah.
***
Dakwah dan jihad adalah wajib hukumnya bagi kaum Muslimin. Dengan dua metode yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta?ala (SWT) itu, kaum Muslimin bisa mencapai kemuliaan.
Jihad merupakan suatu upaya untuk mencapai keselamatan. Ia merupakan tuntunan Allah yang dapat mengantarkan manusia langsung masuk syurga.
Allah berfirman, ?Hai orang yang beriman. Aku akan menawarkan kalian sebentuk perdagangan menguntungkan yang akan menyelamatkan kalian dari hukuman yang pedih. Percayalah pada Allah dan Rasul-Nya dan perperanglah (jihad) di jalan Allah dengan harta dan diri kalian. Ini lebih baik untuk kalian. Jika kalian memiliki pengetahuan, Dia akan memaafkan dosa kalian, dan akan memasukkan kalian ke dalam syurga yang di bawahnya mengalir air dan rumah yang menyenangkan di dalam Surga ?Adn. Itulah balasan yang setimpal.? (Ash-Shaff: 10-12).
Salah satu bagian dari jihad adalah perang. Namun Islam tidak membenarkan segenap bentuk peperangan, kecuali jihad fii sabilillah (di jalan Allah). Dalam Islam, perang bukan sekadar untuk mencapai kemenangan atau merampas harta musuh. Perang lebih bertujuan untuk menjalankan kewajiban jihad di jalan Allah demi tegaknya izzul Islam wal Muslimin.
Rasulullah Shallallahu ?alaihi wa sallam (SAW) memerintah ummatnya untuk menekuni masalah ini. Bahkan Rasulullah sendiri membentuk pasukan militer pada awal dakwahnya di Madinah.
Untuk membentuk militer yang kuat, Rasulullah mewajibkan latihan militer bagi tiap laki-laki Muslim yang telah berusia 15 tahun. Wajib militer hukumnya fardhu kifayah. Hal itu berdasarkan firman Allah yang berbunyi, ?Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.? (Al-Baqarah: 193). Juga berdasarkan sabda Rasulullah, ?Perangilah orang-orang musyrik itu, dengan harta benda, tangan, dan mulut kalian.? (Riwayat Abu Dawud).
Golongan yang masuk militer disebut muqatila. Mereka ini adalah kelompok orang yang aktif berperang, yang kemudian membentuk kekuatan sebagai kaum penguasa yang memegang wilayah dengan menerapkan hukum Islam. Jumlah muqatila semakin meningkat tajam bersamaan dengan keberhasilan kaum Muslimin menduduki wilayah selatan Iraq dan Syiria, tempat bermukimnya suku-suku keturunan Arab.
Para muqatila-lah yang menjadi ujung tombak penyebaran Islam ke seluruh penjuru bumi. Mereka sudah ?menggadaikan? dirinya menjadi angkatan perang Allah. Setiap saat mereka siap berangkat ke medan jihad.
Atas jasa para muqatila, Islam mencapai masa kejayaan. Kejayaan ini sekaligus merupakan refleksi keimanan kaum Muslimin kepada Allah, kedekatan pada firman-Nya, dan aplikasi syariat-Nya. Mereka menjadikan Allah sebagai tujuan, Al-Qur`an sebagai undang-undang, Rasul sebagai panutan, jihad sebagai jalan hidup, dan mati syahid sebagai puncak cita-cita.
https://www.hidayatullah.com/artikel/opini/read/2022/02/16/225118/transmigrasi-mesin-penggerak-kemajuan-ekonomi-rakyat-yang-perlu-hidup.html
0 komentar: