Mengeksploitasi Kemanusiaan Para Nabi
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Nabi Nuh menyeru kepada kaumnya agar menyembah Allah, sebab tidak ada tuhan selain Allah. Bagaimana pemuka-pemuka kaumnya merespon? Bagaimana agar masyarakat tidak mendengar seruan Nabi Nuh? Bagaimana logika yang dibangun oleh para pemuka kaumnya?
Menyerang pribadi Nabi Nuh. Mengeksploitasi kemanusiaan Nabi Nuh. Mengapa yang diutus manusia? Yang berjalan di pasar-pasar. Mengapa yang diutus bukan mereka yang memiliki kemuliaan, kekuasaan dan kekayaan? Ini ujian, yang diterima, yang diimani, yang diperjuangkan sebab kebenarannya atau status orang yang menyeru.
Keabadian disebabkan melihat esensi yang diseru. Keabadian ideologi tidak melihat siapa yang menyeru. Kekuatan ajaran dilihat dari ajaran dan kemaslahatannya. Kekuatan ajaran tergantung solusi yang ditawarkan bagi kehidupan. Sebab, yang menyeru akan mati dan pergi. Yang menyeru bisa khilaf dan lupa.
Pembesar kaum Nabi Nuh menyebarkan pemikiran dan berita yang menyudutkan bahwa pengakuan Nabi Nuh hanya agar kedudukannya dimuliakan oleh manusia. Saat tak memiliki kekuasaan dan kekayaan, maka cara untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi di mata manusia dengan mengaku sebagai utusan Allah. Bukankah banyak pembohong yang melakukan hal ini?
Lihatlah keteguhan Nabi Nuh, pembohong dan pembela kebenaran terlihat dari keteguhan dalam menyebarkan ajaran ideologi dan kebenarannya. Nabi Nuh tidak meminta imbalan apa pun dari yang diserukannya. Nabi Nuh tidak mengajarkan ketaatan pada titah dan ucapannya. Nabi Nuh terus menyeru selama 950 tahun tanpa henti dan lelah.
Para pembesar Nabi Nuh menyatakan bahwa nenek moyangnya tidak pernah mengajarkan apa yang diajarkan Nabi Nuh. Ajaran masa lalu dijadikan referensi kebenaran. Semua peninggalan nenek moyang masa lalu adalah kebenaran pasti yang abadi. Bukankah nenek moyang itu manusia? Bukankah manusia tak lepas dari kesalahan dan kelemahan? Sedangkan Allah Maha Mengetahui, Maha Suci dan Terpuji.
Buah pemikiran, ajaran, ideologi dan ilmu manusia yang tak dilandasi oleh ajaran Allah hanya berakhir pada kesalahan dan kerusakan. Perhatikan karakter dasar manusia? Lemah, bodoh, lupa, dangkal hanya mampu melihat yang kasat mata, yang dirasakan dan yang dipikirkan. Padahal masih banyak yang diluar jangkauan manusia.
0 komentar: