Melepaskan Rindu Pada Rasulullah saw Dengan Membaca Hadist
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Membaca Hadist untuk apa? Ingin berilmu? Ingin berceramah? Ingin disebut shaleh? Ingin disebut ustadz? Aaah.. terlalu rendah semua itu.
Bacalah hadist, agar ketika bertemu nama Rasulullah saw bisa menyenandungkan shalawat kepadanya. Bacalah hadist, agar bisa menyenandungkan kerinduan untuk bersamanya. Bacalah hadist, agar bisa mengobati rindu untuk bertemu denganya.
Hadist adalah obat rindu. Hadist adalah obat cinta. Hadist adalah obat ingin bertemu dengan Rasulullah saw.
Rasakan bagaimana lisan Rasulullah saw bersuara. Rasakan suasananya ketika Rasulullah saw sedang berbicara. Ketika Rasulullah saw berbicara di tengah majelis, seolah-olah kita hadir di majlis tersebut. Melihat para Sahabat bertanya. Mendengar Rasulullah saw menjawab. Andai kita seperti Sahabat, bertemu, berjumpa, berbicara, berjalan bersama, bersalaman, mencium tangan dan pipinya? Apakah kesempatan itu ada?
Andai para Sahabat bertanya kepada Rasulullah saw sambil berjalan berduaan, seolah-olah kita mengiringnya. Berada di belakang dan disampingnya. Melihat keakraban dan kebahagiaan mereka. Merasakan ikatan hati dan persaudaraan mereka. Berimajinasi membersamai Rasulullah saw.
Merasakan seolah-olah kitalah yang bertanya kepada Rasulullah saw. Seolah-olah kitalah yang membutuhkan jawaban dari Rasulullah saw. Seolah-olah kita sedang merindukan lisan yang mulia memperdengarkan suaranya. Rindu mendengar intonasi, kelembutan kata, dan keharuman lisannya. Itulah penyebab, para Sahabat lebih mencintai Rasulullah saw dibandingkan dirinya sendiri.
Bila hadist tersebut diucapkan ketika mendatangi rumah Rasulullah saw, berimajinasilah seolah kita sedang tergopoh-gopoh ke rumahnya. Rindu untuk melihat wajahnya yang bak purnama. Rindu senyuman penyambutannya. Rindu ingin segera mengetuk rumahnya yang sempit dan sederhana. Mendatangi rumah yang penghuninya adalah manusia terbaik di jagat raya. Tentu sudah cukup mengobati hati yang keras.
Ketika hadist diucapkan ketika berboncengan di atas unta, maka seolah-olah kitalah yang naik di unta tersebut. Memeluk tubuhnya. Berpegang ke tubuhnya. Betapa bahagianya merasakan perjalanan bersama manusia terbaik?
Membaca Hadist, jangan meributkan sanad dan matannya. Karena Ulama terdahulu sudah membakukan tingkat keshahiannya dengan sangat teliti dan cermat. Yang dilakukan hanya tinggal melaksanakannya. Rindu untuk segera melaksanakan sebagai obat cinta kepada Rasulullah saw.
Ilmu yang tertinggi. Karakter terhebat. Adab yang termulia. Akhlak yang terbaik. Prilaku yang tersopan santun adalah yang tercantum dalam hadist. Masih adakah pilihan yang lain?
Kita mencontoh manusia yang paling mulia di jagat raya. Kita mencontoh Nabi termulia. Adakah kemuliaan hidup, kesuksesan hidup, kebahagiaan hidup, selain mengikutinya?
0 komentar: