Istiqamah Dalam Bergerak
Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Dalam amal dan karya, ulama salaf melihat kekurangan amal dan cacat dirinya. Mereka selalu membandingkan karyanya dengan syarat rukun, wajib, sunah dan keutamaan lainya. Membandingkan syarat hati dengan kenyataan suasana kejiwaan yang muncul saat amal dan karya dilakukan. Setelah berkarya, istighfar lebih banyak dilantunkan daripada berbangga.
Andai merasakan keberhasilan amal dan karya, semua tidak tertuju pada dirinya. Allah telah memudahkan urusannya. Allah yang memberikan hidayah. Allah telah memberikan sumberdaya untuk bisa berkarya. Seperti Nabi Musa yang tak merasa hebat karena berhasil membelah lautan. Seperti Nabi Yunus yang tak pernah merasa luar biasa berhasil keluar dari kegelapan perut ikan paus.
Banyak para wali yang memiliki karamah. Namun mereka mengembalikannya kepada Allah bukan dirinya. Semua kehebatan dan kelebihan adalah hak preogratif Allah yang menentukannya. Para wali hanya bagaimana mengelola dirinya sesuai tuntutan Allah? Karamah dan kehebatan tidaklah penting, karena masuk surga bukan karena karamah dan kehebatan, tetapi keistiqamahan dalam beramal dan belajar.
Firaun tertipu karena selama hidupnya tak pernah sakit. Tertipu karena dianugerahi sungai Nil. Dajjal tertipu karena bisa melakukan apa saja sesuai keinginannya. Bisa menghidupkan orang mati. Bisa menurunkan hujan. Negri yang makmur bisa menjadi kering kerontang. Itulah kehebatan Dajjal. Namun apakah semua kehebatan dan kelebihan bisa menyelamatkan?
Nabi Nuh butuh 800 tahun untuk menyadarkan umatnya. Rasulullah saw membutuhkan waktu satu bulan untuk menaklukan benteng Khaibar Yahudi yang paling kokoh. Umat Nabi Musa membutuhkan waktu 40 tahun untuk bisa memasuki Palestina. Umar Bin Khatab 4 bulan membebaskan Mesir dengan panglimanya Amr bin Ash yang luar biasa. Dalam rentang waktu tersebut mereka gagal. Dalam rentang waktu tersebut juga mereka terus memperbaiki diri.
Dalam menembus benteng Khaibar, Rasulullah saw menerapkan banyak strategi. Dalam pembebasan Mesir, Umar Bin Khatab menerapkan banyak strategi. Dalam membebaskan Konstatinopel, para khalifah muslimin menerapkan banyak strategi. Dalam perang Salib, para sultan menerapkan banyak strategi. Dalam strategi banyak kegagalan, tetapi juga pembelajaran. Dalam strategi, ada pertumbuhan hasil. Itulah cara Allah mendidik dan meningkatkan kapabilitas umat. Yang terpenting, harus bergerak, berjihad dan amal.
Diam itu kebodohan yang paling bodoh. Tidak bergerak, tidak beramal dan tidak berjihad adalah kebodohan yang teramat parah. Bergerak dalam kegagalan lebih baik daripada diam yang tak memberikan apa pun bagi kehidupan. Dalam bergerak masih ada kebaikan. Dalam bergerak masih ada kemaslahatan.
Umar Bin Khatab memarahi pemuda yang hanya berdiam di masjid. Umar Bin Khatab menegur panglimanya Amr bin Ash yang diam ragu membebaskan Mesir. Teruslah bergerak, berjihad dan beramal. Dalam ketidaksempurnaan Allah yang akan menyempurnakan. Dalam ketidaktahuan, Allah yang akan memberikan ilham. Dalam kelemahan, Allah yang menolong. Dalam kesalahan, Allah yang akan memperbaiki, mengampuni dan membongkar rahasia.
0 komentar: