Dalam Perintah Allah, Ada Kemukjizatan yang Membersamainya
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Nabi Musa tak menyangka bahwa tongkat yang selalu dibawanya ternyata menjadi wasilah kemukjizatan yang diberikan oleh Allah. Andai orang lain mengambil tongkatnya, apakah tongkat tersebut mengeluarkan kemukjizatannya? Kemukjizatan tongkat baru muncul setelah Allah berkomunikasi dengan Nabi Musa. Setelah Allah memerintahkan untuk melemparnya.
Walaupun tongkat kemukjizatan selalu bersamanya. Namun mengapa Nabi Musa tetap muncul rasa takut menghadapi Firaun dan ahli sihir? Karena kendali kemukjizatan bukan pada dirinya, tetapi atas ijin dan kehendak Allah. Tidak ada peran sedikitpun dari Nabi Musa. Nabi Musa menunggu perintah dari Allah.
Mengikuti perintah Allah memunculkan kemukjizatan. Itulah yang terjadi pada Nabi Musa. Ridha terhadap perintah dan takdir Allah melahirkan keajaiban yang tidak pernah diperhitungkan manusia. Manusia menjalankan peran sesuai perintah Allah, lalu tunggulah dan bersabarlah menantikan datangnya keajaiban.
Al-Qur'an dipenuhi perintah Allah. Bersama perintah Allah ada kemukjizatan yang membersamainya. Menjalankan perintah Allah, berarti menghadirkan dan merasakan realita kemukjizatan. Apakah kemukjizatan lahir setiap saat? Kemukjizatan hanya datang ketika menghadapi tantangan yang tidak didapat dipecahkan oleh kemampuan manusia.
Mengapa para Nabi dan Rasul berani menghadapi pada persoalan dan tantangan yang paling sulit dan paling berat? Karena yakin akan jaminan kemukjizatan dari Allah. Mengapa Umat Islam dihadapkan pada persoalan yang pelik di saat periode kelemahannya? Karena Allah senantiasa menolongnya.
Bagaimana proses pertolongan Allah hadir? Hanya satu cara, taati perintah-Nya. Menyambut seruan-Nya. Berkorban dan berjihad dalam merealisasikan ketaatan pada-Nya. Itulah cara termudah menghadapi semua tantangan hidup.
Menikmati kemukjizatan dan keajaiban, dengan menyambut seruan-Nya. Dalam setiap perintah Allah ada kemukjizatan yang membersamainya. Itulah yang dialami oleh Nabi Musa.
0 komentar: