Wayang Sebuah Metode Dakwah Walisanga
Kajian bulan : Februari, 17/02/2022
Penulis : Nur Ali Hamidy
Cara dakwah para wali sanga
Kalau kita baca biografi para sunan yang sembilan di dalam menjalankan misinya berdakwah sangat bijak dan penuh cinta terhadap mereka yang belum mengetahui tentang agama Islam. Misi mereka berdakwah dimulai dengan rasa cinta, bukan dengan kebencian apalagi dengan ucapan kasar,seperti munafik, kafir dan kalimat yang membuat mereka lari dari mereka.
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن........
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl : 125)
Media dakwah adalah alat yang objektif yang menjadi saluran yang dapat menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah yang keberdaannya sangat urgent dalam menentuan perjalanan dakwah.Adapun media dakwah yang digunaan sunan kalijaga dalam penyebaran agama Islam yaitu dengan menggunakan diantaranya adalah sebagai berikut:
Mereka berdakwah hingga ke tingkat lapisan masyarakat paling bawah, ke waisya dan sudra saat itu. Lebih dari itu, masyarakat diajari tentang nilai-nilai Islam, perbedaan antara pandangan hidup Islam dengan yang lainnya, dan menanamkan dasar-dasar Islam. Para sunan membangun pesantren, membuat pelatihan dan pengkaderan, serta menugaskan muridnya untuk berdakwah di suatu tempat. Selain itu, Sunan Giri juga menggunakan permainan sebagai medium atau media untuk berdakwah. Tak ayal, Sunan Giri menciptakan permainan anak-anak seperti jemblongan, tembang syair seperti ilir-ilir, padang bulan, dan lainnya. Singkatnya, Sunan Giri mengembangkan dakwah secara sistematis dan metodologis.
Sunan Muria dan Sunan Drajat lebih senang hidup jauh dari keramaian. Mereka memilih untuk berdakwah pada masyarakat kecil di desa-desa atau kampung-kampung. Mereka mengajarkan masyarakat kecil untuk meningkatkan pemahaman keagamaannya. Lebih dari itu, Mereka juga membina masyarakat agar kehidupan sosialnya meningkat
Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang lebih menonjolkan dengan menggunakan pendekatan kultural. Hal itu dilakukan karena mereka sadar bahwa budaya adalah sesuatu yang sudah mendarah daging di masyarakat. Jika langsung ditolak, maka masyarakat malah tidak akan mau mengikutinya.
Solusinya, keduanya melakukan islamisasi budaya. Budaya-budaya yang sudah ada dan berkembang disisipi dengan ajaran-ajaran Islam. Tidak hanya itu, mereka juga menciptakan budaya-budaya baru yang mengandung nilai-nilai Islam. Diantaranya produk budaya yang mereka ciptakan dan masih ada hingga hari ini. Salah satunya adalah Gamelan Sekaten, yang berasal dari syahadatain. Kemudian ada Gapura Masjid dari kata ghofura, baju takwo dari kata takwa, dan lain sebagainya.
Pada abad kelima setelah runtuhnya kerajaan "Majapahit" yang dikuasai oleh agama Hindu dan Budha para sunan istikhoroh untuk mendapatkan metode baru didalam berdakwah. Karena Islam dikalangan orang orang Hindu dan Budha masih asing di dibenak dan telinga mereka.
Islam dianggap agama baru dan aneh dilingkungan kerajaan Majapahit. Oleh karena itulah, dalam berdakwah mereka juga memakai sarana media tradisional dan sudah dikenal dekat, oleh masyarakat pada masa itu. Media tradisional disini yang dipakai Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama Islam yaitu Sunan Kalijaga menjadikan Wayang Kulit, Tembang, Gerebeg, Sekaten dan Surohnan.
Wayang Kulit adalah media dakwah yang digunakan Sunan Kalijaga sebagai media pendidikan atau dakwah. Dia menampilkan tokoh-tokoh perwayangan favorit rakyat dalam kisah dialog-dialog tentang tasawuf dan akhlakul karimah. Karena dia paham betul, audiens yang dihadapi adalah pemeluk Hindu ataupun Budha yang keseluruhan ajarannya berpusat pada ajaran kebatinan. Dari hasil istikhoroh para sunan bagaimana mengambil ikan yang ada di balong tapi airnya tidak keruh.
Muncullah kaidah usul fiqih "Aladatu Muhakkamah" العادة محكمة
Maksudnya didalam mereka berdakwah, mereka harus cerdas menghadapi kebudayaan, adat istiadat, situasi mereka.
Contohnya, ketika kita menonton kisah Mahabharata pasti akan bertanya-tanya mengapa dalam cerita tersebut tidak tampak satupun sosok para punakawan yang selama ini sering muncul dalam pewayangan jawa. Mahabharata versi India, anda memang tidak akan menemukan sosok-sosok penggembira seperti Cepot / Bagong, Dawala/Petruk, Gareng, atau Semar.
Hal itu karena tokoh-tokoh tersebut merupakan unsur lokal yang dikreasi oleh Sunan Kalijaga yang selalu ditampilkan dalam cerita-cerita pewayangan versi Jawa sebagai penambah rasa atau mengusir kejenuhan dari tontonan wayang yang bisa berlangsung sepanjang malam ini. Hanya esensi bahasan pokoknya saja yang dirubah, yaitu tentang sejati diri manusia. Yang dikenal dengan filsafat Semar, Petruk, Gareng, Bagong (Punakawan) dalam pewayangan.
Seseorang akan berhasil dalam hidup yang paripurna jika didasari oleh:
Pikiran jernih ( Cipta )
Hati ikhlas ( Rasa )
Niat, tekad bulat ( Karsa )
Kerja keras ( Karya )
Lambangnya:
Cipta oleh Semar
Rasa oleh gareng
Karsa oleh Petruk
Karya oleh Bagong.
Tokoh Semar diambil dari bahasa Arab, ialah syimar atau ismar. Yang artinya paku. Karena paku dijadikan pengokok setiap bangunan, kebenaran yang ada atau sebagai rujukan untuk mencari kebenaran. Oleh karena itu gunung juga dinamakan pakunya bumi. Dikemasnya Semar sebagai tokoh sentral,dari empat orang yang ditugaskan masing masing untuk menjalankan tugasnya. Semar yang diberi lambang cipta dalam seni pewayangan merupakan manusia yang banyak mempunyai ide-ide yang bagus, selalu update dalam berfikir dan bertindak.
Dia membimbing, mendidik tiga orang ini, ialah Gareng, Petruk dan Bagong sesuai dengan krakternya. Kalau di dalam bahasa agama dinamakan "Balliq" Tugas Semar ialah untuk menyampaikan tugas pokok manusia di dalam kehidupan ini sebagai kholifah Allah.
FirmanNya dalam surat Al- Baqoroh ayat 34.
.وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لادم فسجدوا الا ابليس ابى واستكبر وكان من الكافرين.
Artinya. Ketika Allah berfirman kepada para Malaikat,sujudlah kamu kepada Adam maka mereka bersujud kecuali Iblis,ia enggan dan sombong maka jadilah Iblis termasuk orang orang yang kafir.
Sosok Semar di dalam pewayangan digambarkan sebagai orang yang bijak, cerdas, santun, hatinya penuh dengan rasa cinta kepada siapapun, agama apapun, ras apapun. Karena berdakwahnya Semar diawali dengan " Bismillahirrahnir rahim .بسم الله الرحمن الرحيم.
Surat pembuka dari semua aktivitasnya seorang mukmin, muslim dalam kehidupannya. Surat inilah yang menjadi awal star para Sunan didalam menjalankan misi ketauhidan mereka dalam berdakwah.
Kata "Arrahim" dalam Basmallah merupakan isarat yang Maha Kuasa didalam menjalankan misi dakwah. Bagaimana orang bisa cinta kepada agama Islam terlebih dahulu tidak dibebani dengan kata dosa,neraka, ini kerjakan dan ini tinggalkan.
Kata cinta terhadap Islam dahulu yang ditanamkan kedalam hati,pikiran mereka sebelum yang lain. Hal ini ditanamkan kedalam kesadaran mereka butuh waktu yang lama dan kesabaran yang luar biasa. Di dalam mereka berdakwah melalui wayang, banyak hal yang mengundang gelak tawa, lelucon yang lucu-lucu sehingga mereka para penonton terbawa hanyut bersama sang dalang dalam pertunjukan wayang.
Wayang yang disuguhkan benar benar update di jamannya sehingga membuat penonton betah, tidak ngantuk, capek walaupun waktu sudah lewat jam 12 malam. Hal ini saya rasakan ketika usia saya baru SD di tahun 1965,1966,1977. Apalagi ketika Gareng, Cepot, Petruk ditampilkan oleh sang Dalang yang banyak mengundang tawa, lucu, humor. Dari menonton wayang kulit yang disajikan oleh seorang pedalang yang profesional ceritanya sangat berkesan buat saya sampai sekarang. Terutama pesan moral kalimat syahadat yang membuat orang yang mengamalkannya bisa sakti.
Satu contoh gareng yang tubuhnya kecil bisa mengalahkan Hanoman yang sakti mandra guna. Dalam cerita pewayangan kesaktian Hanoman yang bisa meminum air yang ada di laut diminum habis semua, bisa dikalahkan oleh seorang Gareng yang kecil dan kurus. Setelah saya dewasa saya baru paham kenapa Gareng yang kecil itu bisa mengalahkan orang yang saktinya luar biasa seperti Hanoman.
Kembali ke pembahasan semula, ternyata para sunan, awliya cerdas, pandai melihat situasi, kondisi yang dihadapi saat itu. Bukan seperti sekarang para da’i banyak yang menyuguhkan dakwahnya tidak sejuk bahkan mereka seakan menghakimi dakwah-dakwah ulama terdahulu.
Contoh yang sedang berkembang sekarang seorang penda'wah yang katanya ulama dari Timur Tengah dalam ceramahnya mengatakan, "Wayang itu haram! harus dimusnahkan!!” Akhirnya mengundang polemik dan mau dilaporkan ke Breskim oleh persatuan dalang se Jawa Tengah. Yang akhirnya beliau minta maaf karena mau diperkarakan secara hukum.
Pertanyaan saya sebagai orang yang awam kok hukum bisa berubah dengan sebab mau diperkarakan? Katanya tidak ada yang kita takuti dalam hidup ini kecuali Allah. Itulah ulama johir yang hanya bisa melihat sesuatu produk hukum secara empirik. Kita harus berterima kasih kepada ulama ulama kita yang telah menyajikan agama Islam dengan penuh cinta, kasih sayang, bijaksana, sehingga kita kenal Allah dan Rasulnya dengan baik.
Semoga mereka semua para pendahulu kita yang telah berjuang untuk menyampaikan misi ketauhidan,dengan beragam metode, termasuk dengan metode seni wayang mendapat rahmat dan ridhoNya dialam barzah.
والله اعلم بالصواب
0 komentar: