Toa Masjid dan Gonggongan Anjing
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)
Menyandingkan suara Azan di toa Masjid dan Mushala, dengan gonggong anjing, apakah sekedar perumpamaan tak disengaja? Apakah itu kekhilafan? Tak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Semuanya didesain sempurna oleh Allah.
Tiba-tiba kita menggunakan referensi Arab Saudi untuk mengatur pengeras suara. Padahal sebelumnya menggembar-gemborkan bahwa Islam Nusantara yang berbeda dengan Arab. Semuanya hanya mengikuti seleranya.
Dzikir keras dan lembut ada dalil-dalilnya. Membaca Al-Qur'an keras dan lembut ada dalil-dalilnya. Semuanya ikhtilaf. Tak ada yang benar dan salah bila masuk ke ranah ikhtilaf. Yang ada mana yang memberikan kemudahan dan kemanfaatan yang lebih besar.
Di era Abbasiyah, seorang khalifah ingin mengatur bahwa fiqh yang berlaku mengikuti mazhab imam Malik. Imam Malik menolaknya, karena ilmu para Sahabat sudah menyebar ke seluruh pelosok negri. Khalifah tidak jadi masuk ke persoalan khilafiyah. Mengapa tiba-tiba penguasa "memaksakan" persoalan khilafiyah? Khilafiyah itu akan terus ada sepanjang manusia itu ada.
Allah membongkar kedengkian manusia. Kedengkian itu jelas dari ucapan, intonasi, topik pembicaraannya. Seperti itulah Allah berfirman di Al-Qur'an. Ucapan itu menceritakan isi hati. Bila ucapan bisa dikelolanya, maka lihatlah raut wajahnya dan warna wajahnya. Seperti itulah cara membongkar isi hati menurut Al-Qur'an.
Persoalan azan dan gonggongan anjing. Persoalan banyaknya penghinaan terhadap Islam dan Umat Islam, bukan bentuk ketidaksengajaan, tetapi itulah cara Allah membongkar apa yang ada dibenak kekuasaan. Dalam sejarah, topik pembicaraan di masyarakat di era Khalifah Abdul Malik, Sulaiman dan Umar bin Abdul Aziz sangat jauh berbeda. Pembicara masyarakat mengikuti kecendrungan penguasanya.
Di era Abdul Malik, topik pembicaraannya tentang infrastruktur. Di era Sulaiman bin Abdul Malik, topik pembicaraannya tentang makanan dan minuman. Di era Umar bin Abdul Aziz, topik pembicaraannya tentang pengokohan ibadah. Bila suatu negri, topik pembicaraannya menyudutkan Islam dan umatnya? Seperti itukah pula penguasanya?
Kondisi ini bertanda, Allah sedang menyiapkan generasi baru. Saat generasi saat ini tak bisa mengambil tanggungjawab amanahnya, maka Allah akan melenyapkan generasi tersebut dan menggantinya dengan ciri mereka mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka. Inilah detik-detik lahirlah generasi baru. Seperti saat kaum muslimin berpecah belah saat diserbu oleh tentara Salib dan Mongol.
0 komentar: